Walaupun PS adalah sebuah Perguruan tetapi tidaklah berarti secara otomatis ada banyak kegiatan tulis menulis di Perguruan ini, jika tidak ingin dikatakan tak memiliki tradisi tulis menulis, apa yang diajarkan itu terucap dari apa yang dituturkan oleh Guru Besar, dan penuturan Guru Besar itulah yang akan menjadi pegangan bagi muridnya, bahkan para Gurui Besar pengganti, apalagi ketika para muridnya melaksanakan ajaran Guru Besar ternyata ilmu itu berkembang, dan perkembangannya antara murid yang satu beda dengan apa yang dialami murid yang lain, walaupun ditinjau dari segi status dan kelas adalah sama. Semakin banyak murid berprestasi, akan semakin banyak variasi dalam prestasi. Maka yang harus dijaga dan dipelihara adalah start awal, start awal itu adalah Ikrar Apapun Yang Terjadi Sam,pai Saya Mati, Saya Berpegang Kepada Laailaaha Illallah.
Dalam youtube di atas saya menampilkan dua orang contoh, yaitu Prof.Dr. Qomaruddin Hidayat, dan yang kedua adalah Adi Masardi, yaitu Pengamat Politik. Seorang Prof.Dr. Qomaruddin Hidayat menahan diri tak mengatakan mengucapkan dan menggagas sesuatu yang bertentangan dengan orang yang pernah membesarkan namanya, yaitu Prov, Buya Hamka. Dan seorang lagi adalah Pengamat Politik Adi Masardi yang juga tak ingin bertentangan dengan sikap sikap orang yang pernah membesarkannya, yaitu Dr.Abdur Rachman Wahid.
Seorang Pro.Dr. Qomaruddin Hidayat adalah Staf Redaksi Majalah Panji Masyarakat Milik atau Warisan dari Dr. Buya Hamka, dalam hal ini Qomaruddin berpantang menuliskan sesuatu yang berbeda dengan pendapatr dan sikap yang diambil oleh Buya Hamka, demikian cara Qramuddin menghargainya. Sama Halnya dengan Adi Masyardi yang berpantang memiliki pemikiran, pernyataan dan beraktivitas yang bertentangan Gus Dur, karena beliau adalah Juru Bicara Gus Dur pada saat Gus Dur menjadi Presiden, tetapi sikap ini masih di bawa bawa Adi Masyardi hatta Gus Dur tak lagi Menjadi Presiden, bahkan kini Gus Dur telah tiada.
Sangat berat rasanya bagi seseorang yang berilmu untuk membatasi diri dalam bersikap dan berpendapat seperti yang dilakukan oleh Qoramuddin dan Adi Masyardi Qmaruddin adalah Profesor yang memang selalu dituntut untuk melakukan pembaharuan. Atau Adi Masyardi sebagai Pengamat yang akan dihargai akan kemampuannya untuk berbeda. Tetapi justeru mereka bisa, mereka bisa karena mereka mengerti dan memahami. Mereka pantas kita teladani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar