KIRIM KE SAYA SATU DAN KE MENTERI SATU.
TIDAK PEDE, Ketika Rosihan Anwar berkata kepada saya : "Tulis tentang Piil Pesenggiri, Kirim ke Saya Satu, Ke Menteri Satu. Terkait dengan protes saya (kami) tentang pernyataannya bahwa dalam Kebudayaan daerah Lampung masih ada satu hal yang belum bisa diselesaikan, namanya Piil Pesenggiri. Saya protes keras dihadapan Rosihan Anwar karena Piil Pesenggiri memiliki potensi untuk meningkatkan harkat dan martabat masyarakat. Unsur unsur Piil Pesenggiri berpotensi untuk membangun masyarakat untuk lebih bermartabat. Petunjuk Rosihan Anwar, "Tulis Tentang Piil Pesenggiri, Kirim Ke saya Satu, Kirim Ke Menteri Satu.
Yach .... saya nggak Pede untuk menulis sebuah karangan atau hasil penelitian dan akan dikirim ke Menteri satu, dan dikirim ke Rosihan Anwar satu. Apalagi pada saat itu klarifikasi tentang Piil Pesenggiri dengan Rosihan Anwar tidak dijadikan prioritas. Justeru yang menjadi prioritas pada saat itu adalah bagaimana menyelamatkan atau membantu Penilik Kebudayaan dari Faktor Kesulitan akan pemahaman status mereka dalam masyarakat pendukung budaya Lampung.
Sebelumnya pihak Kanwil Depdikbud meyakinkan bahwa para Penilik Kebudayaan yang masing masing seorang dalam setiap Kecamatan adalah bagian dari pendukung kebudsayaan, memang hampir kesemua mereka adalah pendatang, kecuali hanya beberapa, Sehingga mereka tentu bukan bagian dari masyarakat adat Lampung, tetapi mereka harus bangga dengan bagian dari pendukung kebudayaan Lampung, serta hendaknya menjadi pelaku budaya utamanya dalam mendukung nilai nilai budaya daerah Lampung. Mentramkan Penilik Kebudayaan, menyamankan Penilik Kebudayaan dalam bertugas serta menjadi bagian yang tak terpisahkan dari niulai nilai budaya Lampung adalah prioritas yang harus dituntaskan.
Salah pengertian seolah ada pihak yang mempersempit pemiulikan terhadap nilai budaya daerah Lampung yang terkesankan pada ujung pelaksanaan Dialog kebudayaan Daerah tahun 1989 itu memang menjadi PR bagi Kanwil Depdikbud agar kekayaan metafor yang demikian mewah dari Piil Pwesenggiri dapat dimaksimalkan. Itu akibat dari dua ungkapan saja yaitu (1) Tidak Mudah Untuk Menjadi Orang Lamung, (2). Jangan mengaku ngaku menjadi orang Lampung, jika Bejuluk tidan dan Beadek Tidak. Menetralkan salah pengertian itu lebih diprioritaskan, ketimbang menjawab tantangan dari Rosihan Anwar. Karena untuk menetralisir itu semua Kanwil Depdikbud butuh waktu beberapa tahun lamanya, untuk pelatihan dengan biaya yang trbatas.
Tetapi dengan segala keterbatasan justeru saya merasakan kesempurnaan lebih tercapai, karena dalam waktu bertahun tahun itu didapatkan banyak masukan walaupun sebagian besar masukan didapat dari upaya menjwab sejumlah pertanyaan yang muncul. Namun demikian harus kami akui bahwa dari upaya memahami itu tentu saja kemampuan berbagi akan lebih dirasakan manfaatnya, dan upaya lebih dirasakan kekayaan metafore yang dimiliki sebagai sebuh filsafat. Dalam menyudahi tulisan ini kami ingin sampaikan bahwa diam diam Rosihan Anwar telah berhasil mendorong Kanwil Depdikbud dalam mempopulerkan Falsafah Lampung Piil Pesenggiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar