Senin, 19 Agustus 2019

FALSAFAH TAK TERTANGKAP, KAMUSPUN GAGAL DITERBITKAN.

SEBETULNYA VANDER TUUK sudah menyiapkan pemerbitan Kamus Lampung Nelanda, naskahnya sendiri sudah lengkap, teknik percetakan rasanya pada saat itu tidak menjadi masalah bagi Belanda untuk mencetak leter huruf lokal manapun, karena sudah banyak daerah disusunkan Kamus Bahasanya. Tetapi yang terpenting dalam penyusunan sebauh kamus yang ditugaskan oleh Persekutuan Gereja pada saat itu tidak akan banyak artinya, manakala jiwa falsafah pengguna bahasa Lampung tak berhasil terekam dalam upaya pengalihbahsaan dari Lampung ke Belanda. Mengapa para peneliti itu gagal menangkap falsafah Lampung, nampaknya itu adalah akibat dari sebuah perubahan yang cukup diametral.

Tentu saja perubahan itu tidak lain adalah masuknya Islam kepada masyarakat yang semula memiliki pemahaman yang animis. Dakwah Islam di Lampung masuk memasuki setidaknya dua arah, yaiutu dari Pulau Jawa lewat Kesultanan Banten dan satu lagu dari Sumatera Barat Padang melangkahi sisa sisa Sriwijaya yang juga animistios. Lampung semula hanya mengenal Piil saja yang artinya prisip atau harga diri dalam hidup, yaitu bahwa " Seorang Laku laki Piilnya adalah Perempuan, sedang Perempuan Piilnya adalkah Uang dan Makanan, Sedang anak laki laki Piilnya adalahdiucapan, sedang anak perempuan Piilnya adalah pada ucapan dan prilaku.

Dengan masuknya Islam Piuil ini berkembang menjadi Piil Pesenggiri, Nemui Nyimah, Nengah Nyappur, Sakai Sambaian dan Juluk Adek. Dari unsur unsur itu nampak sekali unsur Keislamannya yaitu dengan menggabungkan masing masing unsur Piil Pesenggiri dengan dua kata, yaitu antara Nemui dengan Nyimah, antara Nengah dengan Nyappur, antara Sakai dengan Sambaian, antara antara Juluk dengan Adek.

Pada saat Vander Tuuk melakukan penelitian yang diperuntukkan bagi  Persekutuan Gereja, tentu saja mendapatkan kesulitan untuk mengambil garis merah karena komuniotas Lampung sejatinya sedang mengalami perubahan yang cukup diametral itu itu. Bahkan kesulitan itu bukan hanya sedang dialami oleh Vander Tuuk tetapi hingga sejarangpun kesulitan itu akan dialmi oleh siapapun yang yang sedang mempelajari Bahasa Lampung.

Kesulitanpun dialami oleh para Guru Bahasa Lampung yang diajarkan kepada murid Pendidikan Dasar. Para pendidik umumnya gagal mengambil benang merah dari apa yang diajarkannya, sehingga pembelajaran hanya sekitar belajar aksara, yaitu menulis percakapan bahasa nasional dengan aksara Lampung, ketika hanya aksara yang tertangkap, maka gagal lah mendapat sesuatu yang essensial. dari pembelajaran itu.

Akan sulit dipungkiri bahwa nilai nilai Piil Pesenggiri perkembangannya adalah atas Pengaruh Islam. Tak ada niulai nilai laiun yang hadir dalam perkembangan Piil Pesenggiri, justeru besar dukaan kita bahwa justeru nilai Islam itulah yang menghubungkan nilai "kemodernan" (dalam tanda kutip). Dengan kata lain dengan nilkai Ke Islaman nilai Modernan di lirik, walaupun bukan berarti nilai Keislam,an tidak memiliki kecukupan, tetapi kekalahan Islam dalm bidang ekonomi dan politik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar