Rabu, 05 Mei 2021

DAHULU KITA INTEGRASIKAN ANTARA IMTAK DAN IPTEK

    
SEKARANG PENDIDIKAN  AKAN KITA MERDEKAKAN 


SAYA BUTUH KLARIFIKASI  bahwa tulisan in  tidak dimaksudkan untuk merespon  Gagasan Emas dari Mas Nadim selaku Menteri Pendidikan, karena saya sendiri belum begitu paham dengn konsep Memerdekakan  dunia pendidikan  lalu apakah Merdekanya dunia pendidikan itu berarti adalah juga tertutupnya peluang  terjadinya menintegrasikan nilai nilai Ketakwaan di dalam aktivitas Pendidikan  karena  dalam konsep memerdekakan dunia pendidikan sepertinya lebih banyak terkait respon koingkrit dengan adanya serangan virus vandemi yang maha dahsyat bagi masyarakat dunia. 

Kemanakah  arah perubahan ini, tidak mudah bagi kita  menilai positif atau negatip, apalagi kita hanya mengamati aktivitas pembelajaran sementara putra putri kita hanya belajar via daring, yang sehari harinya mereka tak menunjukkan kesibukasn mereka dalam belajar. Itu Kesulitan bagi kita sebagai orang tua siswea dalam memahami aktivutas mereka dalam b ersekolah. Untuk memudahkan pemahaman arah tulisan ini saya ingin berceritera bahwa dahulu kita pernah berupaya menerapkan integrasi Imtak dan Iptek dalam dunia pendidikan dengan melibatkan masyarakay sekolah itu sendiri meliputi Kepala Sekolah, Guru, Karyawan,  para guru termasuk guru olahraga dan seni dan semua guru tentunya termasuk pustakawan  dan bahkan tenaga administrasi bahkan pengelola  kantin sekolah. 

Pada saat itu semua mata pelajaran diupayakan cara pengintegrasiannya  nilai nilai keagamaan dengan materi pendidikan sesuai dengan kurikulum dan sylabus  yang berlaku pada saat itu, dengan suatu keyakinan bahwa dengan cara itu peserta didik akan memahami bagaimana hubingan antara suatu konten mata pelajaran  termasuk juga pelajaran teknologi dengan nilaio nilai keimanan.  Pada saat itu serentak seluruh guru  pengampu mata pelajaran didatangkan  untuk nebfpgikuti pelatihan Imtak dan Iptek.

Setelah mendapatkan pengarahan seperlunya tentang bagaimana cara mengintegrasikan Intak dengan Iptek melalui semua mata pelajaran itu, maka guru berkelompok  sesuai mata pelajaran masing masing, umpama guru Kesenian, Guru Matemati, Guru Geografi , Guru Olahraga. Tugas mereka adalah mengumpulkan  ayat ayat dalam Al-Quran serta haddis yang memiliki relevansi dengan materi ajar masing masing, di luar dugaan ternyata ada saya disetiap angkatan hadir diantara kelompok guru itu  mereka yang memiliki pemahaman sejumlah ayat Quran dan hadis terkait dengan materi ajar yang mereka ampu. Ada beberapoa yng mereka temukan, lalu mereka diskusikan bagaimana terjemahannya, bagaimana asbabun nuzulnya dan asbaabul khurujnya sebuah haddits. 

Pada angkatan berikutnya selain mereka mempelajaram sejumlah ayat dan hadits iutu ternyata setiap angkatan memiliki kemampuan menambahkan jumlah ayat dan hadits, tak disangka stiap angkatan selalu saja terselip satu atau dua orang yang memiliki pemahaman di atas rata rata, sehingga jumlah koleksi ayat dan hadis selalu saja bertambah, sehingga mencapai jumlah yang mewah dalam setiap mata pelajarannya. 

Pada saat itu mulai banyak para guru yang mulai memiliki wawasan untuk mengintegrasikan  konten mata pelajaran yang mereka ampu untuk diintegrasikan dan salah satu aturan harus disepakati para guru bahwa dalam konten bahan ajar manakala terdapat suatu perbedaan antara prndapat keilmuan dengan ajaran agama maka benarkanlah ajaran agama, pada saat itu ada satu yang ditemukan selama ini, yaitu para ilmuan berdasarkan teori Darwin bahwa manusia berasal dari monyet. Walaupun sebenarnya Darwin sendiri tak berpendapat seperti itu, tetapi banyak guru yang tak tuntas dalam menyajikan bahan ajar. Maka dalam pelajaran sistem Imtak, maka benarkan agama, dan salahkan terori Darwin. 
 
Pada saat ini secara samar samar ada pihak yang tak setuju cara mengajar seperti itu, mereka lebih suka siswa dibebaskan saja biarkan nanti siswa sendiri yang menentukan kemana keyakinannya dicenderungkan, bila siswa lebih cenderung meyakini kebenaran bahwa manusia berasal dari monyet maka guru tak boleh mencegah. Demikian sebaliknya bila siswa lebih meyakini kebenaran agamanya, maka guru harus menghormatinya pula, 
 
Menyusul munculnya  sistem yang mengembangkan sikap baru dengan istilah yang dipakai yaitu pengarusutamaan gender. Dalam dunia pendidikan keberpihakan lebih dilakukan kepada pihak yang terpinggirkan akibat akibat keyakinan dan kebiasaan salah umpamanya dalam beradat istiadat, semisal laki laki lebih diutamakan dari perempuan, maka harus dirubah arusutamanya, dengan cara program pengarusutamaan yang sesak ditemukan adalah pengutaan laki laki, maka program adalah mempersamakan  
 
Tetapi di teori teori Barat sebagai acuan Pengarusutamaan gender itu ternyata melebihi batas, memang bermula dari sikap  memerdekaqkan siswa tetapi ujung ujungnya ternyata mereka membebaskan setiap seseorang untuk memilih umpamanya setiap seseorang dibeaskan untuk memilih apakah akan menikah dengan  lawan sejenis atau dengan yang berbeda jenis kelamin, 
 
Brtdasarkan kabar berita di berbagai negara berkembang,  setiap anggota Parlemen diberikan bantaun dana untuk melakukan study pendalam diberbagai negara maju, mereka melaksanakan study Banding dan konon ada juga study liratur yang dilaksanakan oleh masing masing person tern yata sistem study literatur iyu jauh lebih efektif,  sudah banyak  negara dikabarkan telah mengesahkan aturan yang memberikan kebebsan dalam memilih. 
 
Untuk program Imtak nampaknya program itu telah terkubur semenjak digantinya UU Pendidikan dan dirobahnya kurikulum dan sylaby berda dengan Program Penarusutamaan Gender,  itu merupakan salah satu Program Pendidikan yang mermbebaskan, dengan program ini setiap seseorang akan bisa dibebaskan dari kungkungan agama, adat istiadat itu Pendidikan yang membebaskan, yang banyak diwacanakan pada saat memperkenalkan Program Pendidikan Pengarus utamaan Gender dan lain sebagainya yang mengakibatkan adanya pihak pihak yang terpinggirkan karena agama, adat istiadat, dan ketidak sosial sosial lainnya.
 
Kita menunggu penjelasan dari Mas Menteri Nadim Makarim yang kita kenal sebagai kelompok menteri dari Millenial ini, Mas Nadim Makarim memang hampir tak ada Programnya yang tidak dikritik, untuk setiap kritikan selalu dijawab dengan ucapan maaf.Mungkin karena sebagai orang Timur memang harus menghargai yang tua, maka tak apa bila millenial minta maaf. Walaupun masih saja ada yang merasa kurang ouas, mereka meminta Nadim Mempertahankan kesalahan kesalahan itui secara all out dalam diskusi resmi. Jika memang konsepnya salah maka mengakulah kalah lalu serahkan kepada yang lebih menguasainya. Pasi asa jalan terbaik, dan belum tentu konsep Nadim Makarim salah.       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar