Jumat, 15 Februari 2019

PIIL PESENGGIRI ADALAH FALSAFAH DAERAH YANG MODERN


" LUAR BIASA "   Piil Pesenggiri itu adalah Falsafah Daerah yang modern. Seorang teman berceritera bahwa ketika Iya pernah menulis makalah  yang ditugaskan oleh Dosen pembimbing sewaktu menyelesaiakan studi di UIN Walisongo Yogyakarta, dan ketikamakalah itu ditayangkan sebagai bahan diskusi kelas, decak kagum disampaikan baik dari sesama mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah maupun dari  Guru Besar, kesimpulan akhir mereka katakan bahwa Piil Pesenggiri merupakan falsafah daerah yang modern, baik pada zamannya maupun sekarang. Lalu pesan dari teman tadi menghimbau selalu menggali kekayaan yang tersimpan dalam filsafah Piil Pesenggiri. dan sekaligus beliau sangat yakin bahwa masih banyak lagi yang belum terungkap.

Piil Pesenggiri yang kami tulis di blog ini bermula dari Skripsi yang ditulis oleh Rizani Puspanegara untuk menyelesaikan tugas sebagai Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung (UNILA). Tetapi lebih lebih lanjut lebih banyak ditulis ulang dan diuraikan lebih luas oleh Prof. Hilman Hadikusuma, SH. Dosen Hukum Adat di Fakultas Hukum UNILA. Semula uraian lebih menggunakan pendekatan adat istiadat,  tetapi untuk kepentingan peningkatan wawasan bagi Penilik Kebudayaan selaku petugas ujung tombak Pembinaan Kebudayaan Daerah Lampung, Kanwil Depdikbud Provinsi Lampung merintis penguraian Piil Pesenggiri dengan pndekatan Filsafat.

Para peneliti mendapatkan data bahwa sebelumnya hanya ada "PIIL" saja, kata "Pesenggiri"  muncul setelah Islam masuk ke Lampung, diperkirakan abad 16.Orang mencari cari persamaan Pesenggiri, lalu diketemukan kata Pasunggiri sebagai nama Satuan tentara kerajaan di Bali, yang terkenal mampu bergerak cepat. Tetapi kata Pasunggiri juga ada di tanah Periangan. Di sana pasunggiri adalah nama dari sebuah perlombaan keterampilan kebudayaan, yaitu lomba kebudayaan, misal baca poisi, pantun daerah Sunda dan banyak lagi lomba budaya lainnya. Ada yang mengatakan Pesenggiri dalam bahasa Lampung dari kata Pesengger, yang artinya perwis atau dinamis.

Mari kita lihat unsur unsur Piil Pesenggiri, yaitu : (1) Nemui Nyimah artinya Produktif,  (2) Nengah Nyappur yang artinya Koperatip, (3) Sakai Sambaian yang artinya Kompetitip, (4) Juluk Adek yang artinya Inovatip. 

PIIL PESENGGIRI DAN EKSISTENSI



DISKUSI tntang Piil Pesenggiri dan eksistensi seseorang dirasakan oleh para penilik Kebudayaan, menjadi terasa lebih Plong setelah diperkenalkan Piil Pesenggiri lebih dikenalkan sebagai sebuah Filsafat. Para Penilik Kebudayaan yang ditugaskan di Kecamatan Kecamatan di seluruh  Provinsi Lampung, mereka merasa tak memiliki benan dan merasa memiliki kewajiban memperkenalkan nilai nilai budaya  Lampung  kepada masyarakat Lampung secara luas, di mana masyarakat pendatang diberbagai komunitas adalah mayoritas adanya, serta mengajak agar masyarakat luas mendukung dan memulyakan buadaya Lampunh, istimewa nilai nilai buadaya Daerah  Lampung.

Diskusi itu menjadi demikian plong bagi peserta diskusi untuk berpartisipasi hingga menemukan pencerahan bersama untuk semua. Tak lagi ada kekhawatiran bagi para ptugas untuk menghayati universalitas nilai nilai budaya Lampung yang terangkum dan terumuskan dalam Piil Pesennggiri merkapun siap  untuk memperjelas status nilai sebagai puncak puncak Budaya Nasional.

Hasil diskusi menggariskan bahwa seseorang dalam Piil Pesenggiri dikatakan eksis manakala sudah memiliki kemampuan melaksanakan Nemui Nyimah, Dan Nemui Nyimah diprioritaskan untuk dijelaskan pertama dalam memperkenalkan Piil Pesenggiri dengan pendekatan filosofis. Seseorang dianggap eksis dalam falsafah Piil Pesenggiri adalah ketika seseorang telah memiliki kemampuan memproduk sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya dan sekaligus juga bermanfaat bagi orang lain. Yang ditandai dengan keterampilan melakukan kontak kontak dengan pihak lain.

Dalam falsafah Piil Pesenggiri salah satu unsurnya adalah "Nemui Nyimah"  Nemui asal kata dari Temui yang artinya tamu, temu.  Ada pertamuan ada pertemuan. Terkait kemampuan seseorang untuk menjadi T'tamu' ataupun menerima 'tamu' Ketekika seseorang menjadi tamu atau menerima tamu maka kwajibannya adalah kemampuan untuk bertindal "simah" atau nyimah yang artinya santun. Seseorang dituntut santun ketika bertamu ataupun menerima tamu. Itu makna dari Nemui Nyimah.

Kecerdasan luar biasa bagi falsafah Piil Pesenggiri  dengan mnyandingkan antara kata 'Nemui' yang artinya kemampuan menyelenggarakan falsafah 'Pertemuan' dengan kata  'Simah' yang artinya santun. Jangankan pertemuan banyak orang, pertemuan dua orang saja itu memiliki potensi hadirnya dua pendapat atau dua kepentiungan. Itu yang harus diyakini bisa dislesaikan manakala merupakan perbedaan atau pertentangan, Dan hebatnya lagi adalah bahwa arti simah atau nyimah disini adalah   kemampuan mengakomodir sehingga manakala  sedang terjadi gelap agar dibuat terang.

Yang pertama adalah kemampuan bertemu atau mmpertemukan, yang kedua kemampuan mengakomodasikan sesuatu yang memang dibutuhkan dan sekaligus sulit ditemukan. Yang dalam operasionalnya antara lain adalah kemampuan memberi kepada pihak yang membutuhkan, atau kebutuhan bersama. Maka perlu ditegaskan bahwa dalam aspek yang satu ini adalah merupakan dorongan bagi setuap seseorang harus produktif dan mmiliki produksi yang melebihi kebutuhan dirinya sehingga memiliki peluang memberi atau berbagi.

Dengan kemampuan produksi yang melebihi kebutuhan bagi dirinya dan bagi siappun yang berada dibawah tanggungjawabnya, maka dengan demikian operasional untuk terselenggaranya Nemui Nyimah sangat mungkin terbuka. Oleh karena itu maka setiap seseorag yang memacu diri Dan Piil Pesenggiri telah berupaya memberikan motivasi setiap seseorang untuk memiliki kemampuan berproduksi melebihi kebutuhannya. Dengan kelebihan itulah maka Nemui Nyimah bisa terselenggarakan, intinya untuk Nemui nyimah maka produktif adalah kunci keberhasilkannya. Berproduksi adalah merupakan tonggak eksistensi seseorang. 

Rabu, 13 Februari 2019

PUISI DITAHUN POLITIK.

APAPUN DITAHUN POLITIK INI nampaknya akan dipolitisasi oleh para politisi, semua posisi, jangankan dalam posisi benar, dalam posisi salahpun para politisi akan mengambil kesempatan untuk meningkatkan elektabilitasnya. Contoh yang paling anyar adalah ketika Roma Hurmuzi Ketua PP PPP yang berhasil memaminta Mbah Mun meralat doanya. Ketika rombongnan Presiden jokowi berkunjung ke Pesamtren milik Mbah Mun dan pertemuan itu dimanfaatkan untuk meminta didoaskan oleh Tuan Rumah, Mbah Mun setuju, tetapi kenapa koq yang didoakan justeru Prabowo bukan Jokowi, tentu Presiden jokowi kecewa. Lalu seusai acara Romo bersama Presiden Jokowi mengejar Mbah Mun ke kamarnya, di situ Mbah Mun berkenan memberikan doa khusus untuk Jokowi. Selesaikah masalahnya, ternyata tidak, masalah ini menjadi panjang, karena para politisi tak ingin kehilangan momen.  untuk mengambil keuntungan dengan cara saling goreng.


SEMULA Romi (Roma Hurmuzi)  yang dijadikan sasaran kekecewaan masyarakat dianggap tak sopan seperti memaksa Mbah Mun untuk meralat doanya, karena dianggap keliru, upaya itu dianggap berlebihan karena sempat mengejar Mbah Mun hingga ke ruang pribadinya, katakanlah kamar belajar beliau. dan sekaligus kamar beliau untuk sholat, atau lainnya. Tetapi sebenarnya kita juga memaklumi karena kedatangan rombongan Pak Jokowi ke Pesantren itu adalah di bawah tuntuynan Romi sebagai orang yang paling dekat ke Mbah Mun diantara Tim besar Jokowi itu. Dan kita maklum karna doa yang dibacakan oleh Mbah Mun mengecewakan Rombongan besar itu. Bisa dipahami jika Romi berusaha keras untuk mendapatkan doa yang sama besar dengan doa yang diperuntukkan Mbah Mun bagi Prabowo.

Tetapi di tengah tengah riuh rendahnya tanggapan terhadap priostiwa tiba tiba Fadli Zon terinspirasi menyusun sebuah Puisi, isi puisi Fadlizan adalah sebagai berikut :

DOA YANG DITUKAR

doa sakral
seenaknya kau begal
disulam tambal
tak punya moral
agama diobral
doa sakral
kenapa kau tukar
direvisi sang bandar
dibisiki kacung makelar
skenario berantakan bubar
pertunjukan dagelan vulgar
doa yang ditukar
bukan doa otentik
produk rezim intrik
penuh cara-cara licik
kau Penguasa tengik
Ya Allah
dengarlah doa-doa kami
dari hati pasrah berserah
memohon pertolonganMu
kuatkanlah para pejuang istiqomah
di jalan amanah
(Fadli Zon)

Ada tokoh "KAU" dalam puisi Padlizon, yang dimaksudkan adalah Romi, tetapi di lain pihak Romi ingin membenturkannya dengan Mbah Maimun yang sangat disegani itu, bila berhadapan antara Romi versus Fadlizon dalam kasus ini, maka Romi dalam posisi lemah, itulah sebabnya Romi berusaha membenturkan Fadlizon dengan Mbah Mun. dan bahkan sejumlah massa dapat digerakkan untuk mewakili suara kebenaran moral. Ya, seperti para politisi sering menjadikan jumlah mass sebagai ukuran kebenaran. Dan nampaknya pihak Romi dapat berhasil mengelebuhi dengan cara itu.

Fanatisme dan emosi massa, bisa jadi Romi dengan  massa yang digerakkan bisa saja Fadlizon tersudut, tetapi bila akan diajukan ke ranah hukum, maka akan sulit Fadlizon dibentiurkan dengan Mbah Mun, karena tokoh "KAU" yang dipersalahkan Fadlizon dalam puisinya, jelas jelas adalah Romi yang memang sedang membuat blunder itu.

Semoga saja semua ini akan menjadi pelajaran yang berharga, dan dunia perpolitikan kita akan semakin bermartabat dan benar benar demi epentingan bangsa, bukan demi pemilik modal besar yang mampu memecahbelahkan kita semua.

Minggu, 10 Februari 2019

PRESIDEN FILIPINA MENGAKU PERCAYA ADANYA TUHAN TETAPI DIA TAK MENGANUT AGAMA.

 .

BISA JADI, Presiden Filipina   Rodrigo Duterte pada saat ini adalah Presioden yang paling membuat kegoncangan di kalangan rakyatnya. memang tak dapat dipungkiri Presiden Filipina sangat sukses membuktikan janji janji kampanyenya dahulu sebelum terpilih sebagai Presiden, sehingga rakyatnya sangat bersimpati. Tetapi kehebohannya bukan lantaran keberhasilan yang sangat dirasakan membahagiakan bagi rakyatnya, melainkan heboh karena ungkapannya yang berseberangan dengan agama yang dianut mayoriotas penduduknya, yaitu agama Katholik. Tetapi mengapa Sang Presiden yang sesungguhnya dicintai dan di elu elukan oleh rakyatnya itu tiba tiba bertentangan dengan gereja.

Kita tahu bahwa Gereja Katholik di Filipina mmiliki peran yang sangat signifikan dalam struktut kekuasaan di Pemerintrahan Fili[ina.Tetapi ternyata Presiden yang sering mengakui bahwa dirinya percaya kepada Tuhan, tetapi tidak merasa perlu menganut satu agama. ini justeru dalam situasi tertentu dalam perselisihannya dengan gereja, konon Ia mengaku sebagain dari darahnya adalah Muslim. Untuk itu tak segan segamya Ia meneriakkan takbir ditengah tengah pidato resminya.

Radrigo Duterti memang memiliki darah Moro, Melayu Muslim dan beliau merasa memiliki darah Muslim, memang perlu diluruskan bahwa keislaman seseorang bukan aliran darah, tetapi keyakinan, dan keyakinan itu harus seimbang dengan ajaran dari Islam itu sendiri. Jika Duterte merasa Muslim maka beliau harus membaca dua kalimah syahadat dan muali mengenali ajaran Islam. Pengakuan darah keislaman serta teriakan Takbir di tengah tengah pidatonya, akan direspon secara negatip oleh masyarakat manakala beliau juga kurang sejalan dengan Islam, hal itu akan memperkuat ketidaksukaan masyarakat Filipina kepada minorotas Islam Moro.

Perselisihan dan ketegangan antara Presiden dengan Gereja di Philipina adalah bermula dari ketidaksukaan gereja atas hiukuman mati bagi penjahat narkoba, yang dalam hal ini Gereja menawarkan perlindungan bagi mereka yang terancam. Sejak saat itu Sang Presiden dalam berbalas pidato dengan Gereja mulai mengaku dan menghabarkan bahwa sebagian darah yang dimilikinya adalah darah Muslim.

Kita tak tahu perjalanan seperti apa yang bakal ditapaki bangsa tetangga kita inim mampukah mereka akan menemukan jalan bersama yang nyaman bagi bangsa Filipina secara keseluruhan. Khusunya Saudara Saudara kita seagama minoritas Islam Moro Di satu pihak Bangsa Filipina sangat berterima kasih atas keberhasilan kepemimpinan Sang Presiden, tetapi di lain pihak hampir dipastikan rakyat Filipin akan menyesalkan pernyataan Sang Presiden terkait keyakinan keagamaan sesuai dengan budaya dan nilai nilai yang dianut Bangsa Filipina yang mayortitas Katholik itu. Marilah kita bersama menyimak perjalanan yang akan ditelusuri Bangsa ini serta selalu berdoa agar Minoritas Muslim Moro tidak menjadi sasaran lemarahan, dan mereka tetap dapat menyelenggarakan ibadah, dakwah serta Tarbiyah Islamiyah. Aamiin.

Sabtu, 09 Februari 2019

ANTARA SAYA DAN ROSIHAN ANWAR TENTANG PIIL PESENGGIRI.


TAK SEBANDING jika mempertautkan saya  dengan seorang tokoh Wartawan dan klebudayaan,  Saya hanya sebagai seorang Staf Pembantu Pimpinan di sebuah Kantor yang disebut dengan Kanwil Depdikbud Provinsi Lampung yang peluang untuk berpartisipasi dalam menentukan keputusan pimpinan sabgat signifikan kecilnya. Kalaupun saya menemui Rosihan Anwar seturun beliau dari podiun seusai menutup secara resmi acara Dialog Kebudayaan Daerah Lampung Tahun 1989. Saya menemui beliau bukan dengan gagah, tetapi justeru dengan wajah dungu yang nestapa, karena pidato beliau adalah : "Akan melaporkan kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bahwa Kebudayaan Lampung masih ada masalah yang bernama Piil Pesenggiri"

Jelas secara eksistensi tak memiliki kemampuan mendebat konten pidato yang beliau sampaikan, tetapi saya hanya memiliki kemampuan memamerkan wajah kecewa.yang belum tentu ada pihak yang bersimpati. Untung saya tak diusir oleh Rosihan Anwar, tetapi dia mengatakan tulis saja tentang piil pesenggiri dan kirim  ke Mendikbud dan kirim ke saya satu ke saya katanya.  Hore  ... gembira sekali saya dengan perintah menulis itu. 30 Maret 2010 saya mulai menulis di blog, atas perintah Rosihan Anwar. Walaupun sesungguhnya yang diminta oleh Roasihan Anwar adalah dalam bentuk karangan yang lengkap layaknya hingga lberpeluang untuk dicetak. Tetapi jelas tak ada kapasitas  seperti itu yang saya miliki. Tapi tak ingin rasanya saya melupakannya.

" Kamu Tulis tentang Piil Pesenggiri ..., kirim ke  Mendikbud satu dan ke saya satu ", kata Rosihan Anwar, bagi saya, itu merupakan kalimat yang terindah yang pernah kuterima selama hayatku. Kalangan atas  pernah menantangku seperti itu, dari seorang yang penanya tajam, dan tulisannya tesebar di mana mana. antara lain Raja Kecil (Novel)  1967, Dapat Panggilan Nabi Ibrahim (1959),  Wartawan Dan Kode Etik Jurnalistik(1996) dan banyak lagi yang lain, dalam setahun tak cukup hanya satu yang diterbitkan sebagai buah pemikiran seorang Rosihan Anwar. . Tantangan Rosihan Anwar membuat tidur tidurku selanjutnya penuh mimpi indah. Ibarat petinju kelas ecek ecek mendapat tawaran melawan petrunju dunia.

Itu tak akan pernah terjadi  dan di hari hari akhir hidupku. akupun tak pernah melalkukannya. Ketika terdengar kabar Rosihan ASnwar meninggal, akupun hanya mengucap Inna lillahi wainna Ilaihi roojiuun.  Bukan tak menulis,  dan bukan trulisanku tak sampai ke berbagai perpustakaan Negara diberbagai Negara kaya, tetapi bukan karena tulisanku hebat dan bagus, tidak,  itu sesuai dengan protap saja, karena dananya atas bantuan Negara Asing. Tulisan saya didukung dan dibiayai oleh Proyek Inventarisasi Nilai Budaya Daerah Lampung melalui APBN yang biayanya merupakan bantuan asing. Itu saja, maka tulisan saya harus dikirim ke Perustakaan milik Pemerintah mereka.

Tetapi keadaan ini saya targetkan untuk suatu saat harus saya ungkap sbelum menghembuskan nafas terakhir. Saya memang akan menulis tentang Piil Pesenggiri semampu saya. Tulisan yang saya posting itu rasanya menembus seratusan kali postingan, dan itu akan saya cicil pula dalam bentuk youtube. Sekedar memberi tahu, Bahwa Rosihan Anwar telah membuat tidurku menjadi demikian Indah. Hanya itu yang ada antara Saya dan Rosihan Anwar. ijinkan saya bergembira.