Rabu, 13 Februari 2019

PUISI DITAHUN POLITIK.

APAPUN DITAHUN POLITIK INI nampaknya akan dipolitisasi oleh para politisi, semua posisi, jangankan dalam posisi benar, dalam posisi salahpun para politisi akan mengambil kesempatan untuk meningkatkan elektabilitasnya. Contoh yang paling anyar adalah ketika Roma Hurmuzi Ketua PP PPP yang berhasil memaminta Mbah Mun meralat doanya. Ketika rombongnan Presiden jokowi berkunjung ke Pesamtren milik Mbah Mun dan pertemuan itu dimanfaatkan untuk meminta didoaskan oleh Tuan Rumah, Mbah Mun setuju, tetapi kenapa koq yang didoakan justeru Prabowo bukan Jokowi, tentu Presiden jokowi kecewa. Lalu seusai acara Romo bersama Presiden Jokowi mengejar Mbah Mun ke kamarnya, di situ Mbah Mun berkenan memberikan doa khusus untuk Jokowi. Selesaikah masalahnya, ternyata tidak, masalah ini menjadi panjang, karena para politisi tak ingin kehilangan momen.  untuk mengambil keuntungan dengan cara saling goreng.


SEMULA Romi (Roma Hurmuzi)  yang dijadikan sasaran kekecewaan masyarakat dianggap tak sopan seperti memaksa Mbah Mun untuk meralat doanya, karena dianggap keliru, upaya itu dianggap berlebihan karena sempat mengejar Mbah Mun hingga ke ruang pribadinya, katakanlah kamar belajar beliau. dan sekaligus kamar beliau untuk sholat, atau lainnya. Tetapi sebenarnya kita juga memaklumi karena kedatangan rombongan Pak Jokowi ke Pesantren itu adalah di bawah tuntuynan Romi sebagai orang yang paling dekat ke Mbah Mun diantara Tim besar Jokowi itu. Dan kita maklum karna doa yang dibacakan oleh Mbah Mun mengecewakan Rombongan besar itu. Bisa dipahami jika Romi berusaha keras untuk mendapatkan doa yang sama besar dengan doa yang diperuntukkan Mbah Mun bagi Prabowo.

Tetapi di tengah tengah riuh rendahnya tanggapan terhadap priostiwa tiba tiba Fadli Zon terinspirasi menyusun sebuah Puisi, isi puisi Fadlizan adalah sebagai berikut :

DOA YANG DITUKAR

doa sakral
seenaknya kau begal
disulam tambal
tak punya moral
agama diobral
doa sakral
kenapa kau tukar
direvisi sang bandar
dibisiki kacung makelar
skenario berantakan bubar
pertunjukan dagelan vulgar
doa yang ditukar
bukan doa otentik
produk rezim intrik
penuh cara-cara licik
kau Penguasa tengik
Ya Allah
dengarlah doa-doa kami
dari hati pasrah berserah
memohon pertolonganMu
kuatkanlah para pejuang istiqomah
di jalan amanah
(Fadli Zon)

Ada tokoh "KAU" dalam puisi Padlizon, yang dimaksudkan adalah Romi, tetapi di lain pihak Romi ingin membenturkannya dengan Mbah Maimun yang sangat disegani itu, bila berhadapan antara Romi versus Fadlizon dalam kasus ini, maka Romi dalam posisi lemah, itulah sebabnya Romi berusaha membenturkan Fadlizon dengan Mbah Mun. dan bahkan sejumlah massa dapat digerakkan untuk mewakili suara kebenaran moral. Ya, seperti para politisi sering menjadikan jumlah mass sebagai ukuran kebenaran. Dan nampaknya pihak Romi dapat berhasil mengelebuhi dengan cara itu.

Fanatisme dan emosi massa, bisa jadi Romi dengan  massa yang digerakkan bisa saja Fadlizon tersudut, tetapi bila akan diajukan ke ranah hukum, maka akan sulit Fadlizon dibentiurkan dengan Mbah Mun, karena tokoh "KAU" yang dipersalahkan Fadlizon dalam puisinya, jelas jelas adalah Romi yang memang sedang membuat blunder itu.

Semoga saja semua ini akan menjadi pelajaran yang berharga, dan dunia perpolitikan kita akan semakin bermartabat dan benar benar demi epentingan bangsa, bukan demi pemilik modal besar yang mampu memecahbelahkan kita semua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar