Rabu, 16 Desember 2020

CINTA DATUK SODA KEPADA PS YANG LUAR BIASA


Foto Bersama Datuk Soda
 
Bagian Pertama Dari Dua Tulisan

TAK BANYAK SAYA MENGENAL senior Prana Sakti (PS)  dan Datuk Soda Almarhum adalah satu diantara yang sedikit itu yang gemar berkomunikasi dengan saya dan komunikasi itu nyaris full masalah PS. Tak ada kesempatan bagi kami berdua untuk saling memperkanlkan diri, seperti nya tak sempat Ia betanya tentang  latar belakang pengalaman saya dan tak pula Ia ingin menceriterakan tentang dirinya, pure kami hanya bicara tentang PS. Namun saya sangat bergembira manakala saya mendapatkan kontak bicara langsung  dengan beliau. Pernah pada suatu saat saya mendapatkan kontak dari belau dan tidak langsung saya terima, tetapi saya menyiapkan minu dahulu saya menerimanya, beberapa saat setelah minuman tersdia saya mengontak balik. Dan saya berharap bisa lama saling bertukar pikiran dan perasaan sebagaimana biasanya. Beliau banyak cerita tentang sikap sikap sejumlah senir PS, tetapi sayang saya tak mengenal nama nama iutu, beliaupun sadar sehingga pembicaraan tentang para senir PS tak pernah berlanjut. 

Kabar meninggalnya beliau tentu sangat mengejutkan, terasa sekali sya kehi;angan senior di PS ini, terlepas dari beiau setuju atau tidak atas tulisan tulisan saya baik di Blog atau Youtube, rasanya tak pernah beliau mengeluarkan pernyataan yang tajam, beliau seperti sangat berhati hati dalam merespon tulisan tulisan saya. Sering beliau mewngubungi saya dan bicara langsung katika beliau rasakan tulisan saya terlalu lama tak muncul. Beliau mengatakan sudah lama membaca tulisan tulisan saya tentang PS, jauh sebelum kami berjumpa langsung. Saya menjadi heran, kenapa beliau sudah banyak membaca tetapi tak pernoh komentar, padehal ada juga para senior yang sudah banyak komentar, tetapi sepertinya belum membaca, atau tak membaca sampai selesai.

Ada yang saya sukai, kata beliau, saya menemukan dalam tulisan tulisan itu potongasn kalimat yang biasa  diucapkan oleh Bang Asfan, walau tidak disebutkan, tetapi saya tahu Bang Asfan sering sekali mengucapkan kata kata itu. Dan tambah beliau saya ingin kata kata Bang Asfan itu jangan sampai hilang, para anggota baru yang belum pernah jumpa Bang Asfan agar tahu kata  kata apa saja yang diucapkan oleh Bang Asfan. Saya akan terus terang, memang trulisn tulisan saya tentang PS itu terinspirasi dari kalimat kalimat Bang Asfan. Maka saya sangat terkejut sekali menyaksikan tusan saya tentang PS ditolak oleh para anggota PS. Memang saya tidak serta merta mengatakan ini kutripan dari ceramah Bang Asfan, karena saya mendapat kesulitan dalam membuat narasinya. Katakanlah ini kelemahan saya dalam menulis, dan bukan salah mereka yang membacanya, disamping itu sepertinya para senior itu memang mempertanyakan keabsahan saya menulis, mereka mempertanyakan hak saya dalam menulis. 

Walaupun saya menulis atas seijin Guru Besar Bang Zen, tetapi saya tak mau dikataken atas seijin Guru Besar, karena Guru Besar tak akan mungkin memiliki waktu untuk membacanya, sehingga tulisan saya tentang PS sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya selaku penulis. Dan Guru Besar memiliki kewenangan menyatakan salah atau keliru terhadap tulisan saya itu. Dalam dunia tulis menulis bisa saja terjadi kesalahan, yang penting itu bisa dipertanggungjawabkan. Dan yang paling penting sengaja untuk menyesatkan atau ingin mengambil keuntungan dari kesalahan itu. 

Saya pernah bertamu ke runagn kerja Dr. Zakiyah Darajat salah seorang pejabat tinggi di Kementerian Agama era awal awal tahun 1980-an. Beliau mengatakan bahwa dari buku yang beliau tulis da beberapa diantaranya menjadi buku literatur wajib di beberapa Fakultas di IAIN, beliau mendatangi penerbit untuk berrmaksud untuk memperbaiki tulisan itu manakala dilakukan penerbitan ulang. Ternyata penerbit tak menyetujui, pihak penerbit mempersilakan menulis lagi buku baru, walaupun itu merupakan koreksi terhadap tulisan terdahulu, tetapi buku terdahulu yang dikoreksi itu tetapi diterbitkan. Cerita Dr. Zakiyah Darajat. Demikian pentingnya tulisan tulisan seburuk apapun selagi masih mematuhi aturan dalam menulis, akan dirasakan manfaatnya terlebih setelah munculnya buku buku atau tulisan yang mengkoreksinya.  Sepertinya itu juga yang dianut oleh Bang Zen, artinya beliau tahu kalaupun saya menulis tentang PS maka tak akan mungkin saya akan menulis dengan sempurna. Tetapi tulisan saya akan berfungsi menjadi mata rantai tulisan tentang PS secara keseluruhan.  Jadi menulislah tentang PS dengan tulisan yang jauh lebih bagus, bisa ditunjuk Tim ataupuin semacamnya. 
 
Almarhum Datuk Soda  (dr.Abraham Ilyas) mengusulkan untuk mencetak ulang buku saya, tetapi saya agak keberatan, karena itu buku lama, pada saat sebuah buku diterbitkan, itu berarti sudah ketinggalan setahun, dan apalagi buku lama diterbitkan, kecuali buku ini ditingkatkan statusnya.  Saya mengusulkan  agar ditunjuk seorang editor dalam cetak ulang ini, tetapi berikanlah kebebasan yang agak luas. boleh saja tulisan editor durasinya hapir sama dengan konten buku ini. Tetapi yang kita harapkan dengan tulisan editor dia mengajak melihat sesuatu secara lebih luas, tetapi tak terlalu jauh keluar dari kontek dan isuue konten buku itu, dan tetapi ada dalam konteks PS. 
 
Kami berdua secepat kilat sepakat menunjuk dan mempercayakan kepada seseorang Anggota senir PS, jika tidak silaf beliau adalah Anggota PS angkatan Pertama di Palembang, dan beliau lulusan S3 di sebuah Negara Maju dan Modern, Selama ini selalu konsiten berlatih dan memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan anggota anggota PS lainnya. Sedang bobot akademis, metodologi dan sistematika berfikir tak perlu diragukan lagi. Alhamdulillah beliau menyetujui. Pada saat itu kami memberikan waktu agar beliau mengambil ancang ancang. Sayang sekali pada saat itu ada salah pengetian antara saya dan seorang senior PS yang selama ini menjadi panutuan, Terkait dengan jurus PS itu bagikan laut yang tak bertepi,  maksudnya semakin di selami akan semakin dalam, semakin direnangi semakin tak bertepi. Rupanya justeru kalimat itu yang beliau tak sukai. Karena akan membuka peluang bagi mereka yang kurang setia akan membuat jurus jurus baru.

Prilaku buruk beberapa kawannya diyakini akan berulang bagi kita kita yang memiliki keyakinan bahwa sejalan dengan kemajuan zaman dan pemahan terhadap Al-Quran berkembang. Kekhawatiran senior kesohor tersebut sangat beralasan, karena PS yang menetapkan bahwa Guru Besar PS yang sebenarnya adalah Al-Quran dan nanti akan lebih banyak perkembangan ilmu yang terkuak, karena karena al-Quran secara tektualis baru sebagian saja, nanti wahyu yang banyak justeru  disajikan Allah di alam terkembang ini. Sejalan dengan kemampuan ummat Islam memahami wahyu yang disampaikan Allah melalui alam terkembang tadi. Pada saat itu akan terasa bahwa ilmu PS semakin di selami akan semakin dalam, semakin direnangi semakin terasa tak bertepi. 

Kalimat ilmu Prana Sakti seakan tak bertepi tadi adalah saya kutip dari ucapan Bang Asfan sendiri. Kata Bang Asfan dalam situasi darurat, kita tak perlu membayangkan jurus yang penting Bismillah jangan lupa dan ABCD jangan lupa, karena jurus PS kita ini adalah jurus yang tak terbatas, tak bertepi. Pada saat itu Bang Asfan seperti ingin menjelaskan seperti tulisan Allah, dihilangkan alif nya menjadi lillah dikurangi lam satu menjadi lahu, dikurangi lagi satu lam, menjadi hu, yang juga Artinya Allah. Allah itu tak berawal dan tak berakhir, walaupun Ilmu Allah hanya kecil sekali yang diberikan kepada manusia. Tetapi manusia tak akan mampu mengungkapnya. Tetapi dengan Al-Quran manusia akan mendapatkan sesuatu yang seolah tak bertepi. Itu juga akan dialami para anggota PS yang benar benar berguru kepada Al Quran. 

Namun demikian katanya senior tadi akan memberitahukan kepada Guru Besar dan berharap Guru Besar agar ambil tindakan secara tak ragu ragu. Ini merupakan pernyataan yang bukan main main. saya menjadi terkejut dengan ucapan itu, dan lebih terkejut lagi setelah tahu Dia menutup kesempatan untul tabayyun, bahkan ada anggota Grup yang mengatakan itu sudah selesai, dan tak perlu diperpanjang. Maka untuk sementara saya pasif saja, bahkan berhenti menulis. Almahum Datuk Soda mencoba meminta saya untuk tetap menulis tentang PS tetapi saya bilang saya akan menunggu bagaimana sikap Bang Zen selaku Guru Besar. Dalam waktu yang bersamaan Senior PS Palembang yang dimintai menulis sebagai editor sepertinya undur selangkah, bahagaimana mungkin Beliau akan me4ngedit tulisan seseorang yang telah dinilai mel;aklukan kesalahan besar melalui tulisannya. Gagalnya pengeditan tulisan itu nampaknya merupakan pukulan besar Bagi Datok Soda. Berkali kali beliau menghubungi saya, saya katakan belum ada putusan dari Guru Besar, mungkin itu akan disampaikan ketika beliau ke Lampung nanti. Dan saya memang akan istirahan menulis hingga Guru Besar datang ke Lampung.  
                                     Bersambung.
 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar