Ada dua tokoh yang muncul dalam diskusu Prana Sakti Tokoh pertama yaitu Abangda Idris Putra, tokoh kedia yaitu Bapak Mildra Fauzie. Jika Idris Putra adalah dari internal PS, maka Mildra Fauzi adalah Bila Idris Putra lebih suka menulis di Facebook, maka Mildra Fauzi suka mengomentari Youtube. Semula Idris Putra melarang saya menulis naskah tentang PS, tulisan harus disampaikan dan disetujui oleh Senior PS Pusat, baru dimuat untuk disebarkan. Yang kedua menurut beliau berdasarkan aturan yang ada bahwa seseorang tak boleh menampilkan Foto Pendiri dan Guru Besar PS di media sosial apalagi dikaitkan dengan tulisan tulisan pribadi yang belum disetujui kontennya oleh Senior PS.
Tentang tulisan pribadi nampaknya beliau sudah agak longgar, tetapi foto Pendiri dan Guru Besar PS beliau masih akan kekeh. Sebenarnya saya juga sudah ngalah Foto pendiri dan Guru Besar PS sudah saya hilangkan, tetapi foto pribadi saya yang saya tampilkan masih memiliki latar lambang PS. Okey saya akan ngalah nanti lambang PS hanya saya ambil potongannya saja, sehingga pembaca di luar Prana Sakti dijamin tak langsung mengenali. Revolusi pertama yang dilakukan oleh Bang Asfan dahulu diharapkan munculnya langkah jurnalistik, Key person didaerah akan menjadi key informasi. Tetapi lupakan saja persoalan revolusi pertyama itu, walaupun sudah sampai ke revolusi yang ketiga. Karena tulisan saya pun baru memasuki revolusi dua. Jadi tak boleh ada yang disalahkan.
Mungkin satu satunya tamu dari luar yang ingin serius adalah Mildra Fauzi, saya berharap beliau memiliki stamina yang cukup untuk diskusi panjang. Karena pertanyaan pertanyaan yang pendek itu saya jawab dengan panjang lebar. Dia akan lelah membaca tulisa saya, dan memang sejak pertama dia langsung mengatakan tak butuh dengan tulisan tulisan saya itu, dia telah melakukan study tentang olahragha pernafasan sejak berusia 18 tahun. Saya tidak tahu sekarang berapa usianya, saya belum menyempatkan diri mencari identitasnya. Anggap saja usianya sekitar 50-an, kartena sepertinya Dia memiliki kelincahan dalam berkomunikasi melalui media medsos dan online.
Sayang dia kalimatnya kasar dan saklek, kita tak biusa berharap beliau bisa mempraktekkan kaidah kaidah jurnalistik, dia agak frontal dan cenderung brutal. Tak seperti lazimnya dua orang yang baru mulai berkomunkasi jarak jauh dan saling menjaga dan saling menghormati. Dia seperti bernafsu ingin buru buru menekuk lawan bicara, dengan cara mengajukan pertanyaan bergaya multiple choise bahkan lebih singkat lagi dua piliha,. Ya atau tidak. Tetapi itu kan selera ya, yak boleh kita memaksakan kehendak.
Bagi yang tertarik untuk berkomunikasi, kunjungi saja Youtube saya konten PS no 46, hanya saran saya agar tidak terpancing ikut ikutan brutal. Jagalah etika dan akhlak Islam. Saya yakin anda bisa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar