Senin, 26 April 2021

FALSAFAH PIIL PESENGGIRI TERLAHIR DARI SEBUAH PERGUMULAN

PIIL PESENGGIRI terlahir bukan dalam proses sederhana, tetapi dari sebuah pergumulan maha berat setidaknya melibatkan masyarakat petani, kelompok pedagang, para alim ulama dan sejumlah kelompok yang hanya mengutamakan keuntungan dari yang usaha secara wajar sampai dengan mencari jalan termudah. Semula dibuka diskusi bahwa Piil Pesenggiri itu dari Kata Pasunggiri Kerjaan Udayana, lalu saya menawarkan kemungkinan pengaruh Kata Pasunggiri dari Kata Bahasa Sunda. Tetapi seorang peneliti kebudayaan yang sangat produktif menolaknya, "Teliti saja terus kata beliau Nanti akan kita Temukan Bahasa dan Istilah Pesenggiri itu sebagai Kekayaan Bahasa Lampung. 

Sampai pada suatu saat tampil seorang Himyari Yusuf Dosen Fakultas Ushuluddin yanng sedang menyusun Disertasi S3 nya di Fakultas Filsafat Universitas Gajahmada (UGM) Yogyakarta dalam disertasinya itu beliau mengatakan bagwa Lata Pesenggiri berasal dari Kata Pesenggekh atau Pesengger yang artrinya Perswis. Ternyata kata itu Bukan sembarangan, karena terjadi pergumulan Panjang yang tentu tak akan berlangsung sederhana, ternyata Udo Karzi benar. 

Akhirnya ketika Himyari Yusuf akan menyusun Disertasi S3 di  Fagultas Filsafat Universitas Gajahmada (UGM) beliau menemukan  ada kata yang paling dekat dengan kata Pesenggiri. Beliau meyakini kata Pesenggiri  berasal dari kata Pesenggekh (pesengger), dan kata kata itu memang masih terpakai  huingga saat sekarang.  Kata Pesenggekh (pesengger)  adalah untuk menggambarkan situasi bertemunya kendaraan dalam posisi berlawanan arah, jika yang satu dari Barat ke arah Timur dan yang lain lagi dari Timur ke arah Barat, maka titik pertemuan kendaraan itu lazim dizebut pesenggekh (pesengger).

Dalam situasi seperti itu maka manakala jalam dalam keadaan sempit maka keduanya harus mengurangi kecepatan agar masing masing bisa mengendalikan diri dan keberadaannya tidak menjadikan halangan bagi kendaraan lain untuk melaju. Sedang bila menemukan jalam dalam keadaan tak memungkinkan bersama sama melaju hatta berhati hati sekalipun, maka disepaklati salah satunya harus menghentikan perjalanan bagi siapa yang menemukan posisi agar bisa berhenti lebih menepi. Adanya kesepahaman antara satu dengan yangh lain  dalam berlalu lalang dijalan milik umum ternyata dijadikan gagasan menentukan  nama sebuah falsafah yang seyogyanya dianut secara bersama yaitu Falsafah Piil Pesenggiri yang berasal dari kata Pesenggekh atau (Pesengger) lalu dalam perkembangan sedemikian rupa menjadi Pesenggiri. Seyogyanya pandangan falsafah seperti itulah yang melahirkan atuan aturan baku dalam menggunakan fasilitas umum, lalu diterjemahkan dalam bentuk rambu rambu lalu lintas.

 

Tetapi situasi yang dihadapi  ketika Falsafah Piil Pesenggiri ini tersusun adalah dalam situasi ketidakpastian, bisa ketidak pastian hukum, ketidak pastian keamanan dan banyk hal lagi ketidakpastian  lainnya, seperti ketidak pastian keadaan alam, bahkan binatang dan lain sebagainya., belum lagi masalah  internal dan eksternal, serta sarana dan prasarana  dalam bertransportasi. Dalam situasi yang demikian itu    

Itulah sebabnya sejak awal  sayapun ikut meyakini bahwa  sejatinya Falsafah Piil Pesenggiri ini diciptakan oleh kelompok diluar kekuasaan, artinya dalam menyusun falsafah ini juga sangat melibatkan tokoh masarakat umum, hampir dapat dipastikan manakala  penguasa yang yang ikut menyusun sebuah falsafah  dan peraturan lainnya maka akan didominasi  oleh upaya upaya untuk memperkuat kelompok pemimpin atau penguasa untuk melanggengkan kekuasaannya, atau nsetidak tidaknya  adalah untuk memaksakan pihak yang dipimpin  mengeluarkan sebagian dari kekayaannya  untuk selain untuk kesenangan atau kegembiraan para penguasa atau  untuk memenuhi kebutuhan  kebutuhan dalam transaksi dengan kekuasaan di luar Pemerintah, semisal transaksi  antara penguasa dengan pengganggu keamanan yang juga  sebenarnya telah memperkuat diri dengan tim timnya untuk  mendapatkan keuntungan yang bisa digunakan untuk mendapatkan kebutuhan yang diperlukan juga dalam  mempertahankan kemudahan dan  dan kenyamannya. Serting sekali para Penguasa memang harus lebih mengutamakan  terselenggaranya transaksi dengan pihak yang ingin berkuasa tetapi bukan dengan dalih kekuasaan, seperti dalih perniagaan  tetapoi mereka bermain mata dengan pembuat keonaran. Karena pada saat itu belun lagi masyarakat mengenal  teori teori Trias poliutika.  Yaitu adanya pihak Ekskutip, legislatif dan  ihak Yudikatip. Pada saat itulah  Falsafah Piil Pesenggiri itu terkahirkan.

Ditilik dari Struktur Falsafah Piil Pesenggiri itu sendiri maka diyakini bahwa pada saat itu sedang dikuasai oleh Penguasa yang memiliki kekuasaan yang sangat terbatas, dan kita bisa membandingkan dengan  Falsafah yang muncul di daerah lain yang sedang dikuasai  Penguasa yang memiliki kekuasaan yang tidak terbatas, maka akan nampak sekali  bahwa ada ubsur unsur yang nantinya akan dirasakan sebagai sesuatu yang bisa menguntungkan stu pihak dan akan merugikan atau  bahkan menidakkan pihak lainnya.

Kembali ke situasi riil yang dihadapai masyarakat dimana istilah Pesenggiri dari kata Pesenggekh itu  adalah dari sebuah mekanisme tersebarnya sebuah saebuah informasi penting, sesungguhnya ini sedang terjadi upaya pembangunan sebuah gedung pusat innformasi pada saat itu, di mana informasi  informasi ini sesungguhnya bisa ditangkap oleh para pihak yang memiliki  getaran getaran yang banyak digunakan oleh para pihak, sehingga berbagai informasi yang tentu saja harus dikemas sedemikian rupa sehingga memiliki peluang untuk saling terjadi pertukaran informasi antara semua pihak. Lalu secara langsung atau tidak langsung maka terjadilah rumusan yang terangkum dalam Falsafah Piil Pesenggiri.   

 Perwis atau Pesengger pada saat itu adalah bertemunya kafilan dengan kafilah lain, bertemunya  kelompok pejalan yang singkat dekat atau dekat dengan pejalan jarak jauh atau sama sama pejalan jauh  yang pada saat itu atau di daerah  itu membutuhkan sejumlah informasu informasi penting, informasi bisa meliputi  masalah kemanan terkait dengan cuasa, manusia maupun binatang ataupun kondisi jalan yang akan ditempuh.

Pertemuan dengan penggunaan atau pemanfaatan saat pesenggekh ataupun  pesengger ternyata  diam diam sejatinya adalah  sedang terjadi sebuah tarnsaksi  transaksi dengan cara cara yang lazim pada saat itu yang adalah tentu saja dengan berbagai kepentingan, katakanlah ada pihak yang melakukan perjalanan perdagangan, ada seedar anjang sana, tetapi sesunggunya ada juga yang melakkukan perjalanan dakwah. Dan tentu saja akan menjadi lumrah  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar