Rabu, 28 April 2021

KITA PERTAHANKAN PENGAKUAN BUDAYA LAMPUNG OLEH UNESCO


WARISAN KEBUDAYAAN ADALAH TAK TERNILAI HARGANYA, 
WAJIB KITA RAWAT BERSAMA

Sejatinya harus bersyukur Unesco teleh memutuskan sejumlah warisan "Buiadayatakbenda", jika tak salah simak sudah ada sekitar hampir empat puluhan macam budaya tak benda  dari Lampung yang telah diputuskan oelh Unesco dari sejumlah itu maka salah satunya sepengetahuan saya Falsafah Piil Pesenggiri tercatat sebagai peninggalan Budayatakbenda telah diakui oleh Unesco, tentu saja atas usulan  Pemda melalui Dinas yang membidang Pembinaan Budaya setempat. Saya pernah dikejutkan oleh kedatangan sejumlah mahasiswa peserta Kemah Budaya utusan Provinsi Lampung, mereka pada saat itu  adalah  tercatat sebagai mahasiswa dari berbagai Perguruan Tinggi antara lain dari Jawa Timur, Yogyakarta dan juga Dari Mahasiswa Lampung. Mereka datang ke rumah atas petunjuk sebuah buku pegangan  untuk mengikuti Kemah Budaya yang disrlrnggarakan oleh Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaam, dan pada saat mereka kendatangi saya ke rumah  mereka sedang mempersiapkan segala sesuatunya  sebagai prasarat peserta kemah buadaya dari Lampung. 

Arahan untuk menemui saya terkait dengan masalah ini cukup mengejutkan saya, karena saya merasa selama ini saya tak betnah dibubungi terkait masalah ini. Keputruisan Unesco sensiri    Menerima Piil Pesenggiri sebagai Warisan Budayatakbenda Provinsi Lampung, jika tak salah simah  ditetapkan sejak tahun 2017 yang lalu. Jika tidak salah simak telah diputuskan manakala terhitung sejak ditetapkan hingga empat tahu kedepan tak direspon oleh Pemda setempat  dengan berbagai usha bermanfaat untuk pembangunan kualitas manusia dan syukur syukur jika selain membangun kualitas manusia juga menghasilkan produkl produk yang mendatangkan keuntungan finansial. 

Diantara peninggalan buadayatakbenda antara lain tapis, gulai tabo, dan ada juga yang berbentuk seni tari dan seni sastra. Saya tidak yakin bahwa peninggalan ini hanya dimaksudkan sebagai  kemanfatan finansial semata. Peninggalan jenis Tapis adalah sangat mungkin. tetapi peninggalan semisal Falsafah Piil Pesenggiri tentu saja akan mengalami sedikit kesulitan. Tetapi bila kita harapkan akan membangun kualitas kemanusiaan melalui Falsafah Piil Pesenggiri itu nampaknya akan lebih siginifikan. walaupun kita juaga tidak tahu apakah Pamereintah Daerah sudah memberikan respon yang cukup terkait hal ini. 

Memang kita harus lebih banyak menulis temtyang Piil Pesenggiri agar penerus kita sebagai pendukung budaya Lampung memiliki sumber literatur yang memadai. Dan tentu saja Dinas Pendidikan dan Kebudayaan sebagai Instansi pembina harus memprogramkan dan memfasilitasi akan kemunculan buku bacaan terkait Piil Pesenggiri. Sesungguhnya Sudah berbilang jumlahnya mahasiswa Si, s2 dan S3 yang memilih Falsafah Piil Pesenggiri sebagai konten  Skripsi, Thesis dan Diskripsi yang akan mereka susun , mereka sudah banyak yang menyelesaikan dan bahkan telah dinyataan lulus dalam ujian.  Tentu saja berbagai jenis lomba bisa dilakukan apakah dalam bentuk seni lagu, ataupun puisi bisa meramaikan lomba  lomba itu semua, tetapi tentu saja uluran tangan dan pembiayaan dari pihak pemerintah sangat dibutuhkan. tentu sesuai dengan aturan keuangan yang berlaku. 

Disamping itu juga para pihak yang memiliki potensi membantu terselenggaranya  upaya untuk mengenali peninggalan kekayaan budaya ini bahkan untuk mengembangkannya. Kekayaan peninggalam kebudayaan tak benda Privinsi Lampung Piil Pesenggiri adalah sebuah pendidikan  bagaimana agar setiap seseorang itu memiliki sikap dan karakter memiliki konsistensi, bila masyarakat umum memiliki sikap yang konsisten, maka kemajian bagi masyarakat itu akan terselenggara. 

Jika ada seorang pemimpin saja yang memiliki sikap yang tidak konsisten, maka setiap saat masyarakat akan diancam suatu kerusakan, dimana kerusakan itu akan membesar dan semakin membahayakan. Melalui Falsafah Piil Pesenggiri ini  sikap konsisten itu ditanamkan. Pada saat ini Kemerdekaan Indonesia telah berlangsung selama 75 tahun, tetapi capaian kesejahteraan kita jauh di bawah beberapa Negara yang lebih kemudian dalam mencapai kemerdekaan. Mengapa kita terlambat, itu tak lain adalah karena kita banyak dipimpin oleh pihak pihak yang memiliki konsistensi buruk atau setidaknya kurang baik, Seseorang yang memiliki konsistensi yang baik, akan memiliki kemampuan untuk menuliskan dan mengucapkan apa yang mereka katakan, atau mereka hanya menuliskan dan mengucapokan apa yang mereka katakan. Kita sudah mengeluarkan uang banyak  untuk melatih para aparat bisa melakukan itu tetapi belum menunjukkan hasil yang menjanjikan. 

Padahal kita memiliki kekayaan yaitu sebuah filsafat, Falsafah Piil Pesenggiri adalah merupakan sesuatu yang akan menjadi kerugian besar manakala tidak kita manfaatkan Falsafah yang luar biasa ini, karewna falsafah Piil Pesenggiri adalah sekaligus meruapakan kekayaan kita.  Tentu kita akan lebih mudah memanfaatkan kekayaan milik kita, dibanding hanya memanfaatkan falsafah milik orang atau pihak asing. Mari kita upayakan agar masyarakat memiliki sikap konsistensi yang tinggi. Falsafah Piil Pesenggiri yang terdiri dari : Nemui Nyimah (produktiup), Nengah Nyappur (Kompetitip) Sakai Sambaia Sambaian (Kooperatip)  dan  dan Juluk  (inopatip). Sebuah Falsafah  yang menggambarkan  nilai nilai konsistensi yang luar biasa, seorang bercerita ketika falsafah ini disajikannya dalam diskusi mahasiswa S3 Fakultas Filsafat UGM mengundang decak kagum peserta diskusi. 

Memang memlalui falsafah ini jelas tidak semudah itu bisa mendatang hasil secara finansiasl. sehingga manakala Unesco tertapkasa harus mencabutnya karena tidak secara cepat kita tindaklanjuti  dan menghasilkan  grafik naik secara statistik apatah lagi finansial. Tetapi mengingat bahwa Falsafah Piil Pesenggiri ini harus kita kembangkan  baik diakui atau tidak diakui sebagai kekayaan peninggalan budayatakbenda oleh Unesco, dan terpaksa dicabut,  tetapi kita sebagai pendukung dan pelaku budaya Lampung hingga saat ini masih merasakan ini sebagai salah satu kekayaan kita  dalam menjaga keutuhan dalam bermasyarakat, walaupun keuntungan secara ekonomis masih jauh panggang dari api.         

Tidak ada komentar:

Posting Komentar