Sabtu, 12 Juni 2021

SATUKAN ANTARA GERAK JURUS PS, SISTEM PERNAFASAN DAN KAIDAH PS , MAKA ISLAM AKAN MENJADI LUAR BIASA DI INDONESIA.

ISLAM DI INDONESIA pernah menyentuh angka hingga mencapai sekitar 99-an persen dan hebatnya lagi pada saat itu masyarakat setempat mengalami kebutaan aksara hingga mencapai 90-an persen. Ternyata pada saat itu juga Islam telah mencapai angka 80-an persen yang melek aksara hijaiyah. Yaitu aksara yang digunakan untuk membaca Al Quran. atinya pada saat itu Islam sangat melek huruf. Pada saat yang sama maka beredarlah huruf  Jawi dan Huruf Pigon. Huruf Jawi adalah tulisan hijaiyah yang digunakan dalam bahasa Indonesia dan Melayu, dan huruf huruf Pigon untuk sebagai tulsan hijaiyah untuk menngunakan bahasa daerah Jawa, Sunda/ Banten dan lain lain.
Kemampuan para ulama membuat ummat mencap  80%  melek  huruf hijaiyah di  ditengah masyarakat yang mengalami butaaksara sebanyak 90% pada saat Bangsa ini telah berhasil mencapai Kemerdekaan. Ini adalah preatasi para ulama melaksanakan dakwah, dan ketahuilah bahwa pada saat inu dunia dakwah bukanlah dunia ibaran jalan lurus dan mukus, melainkan jalan terjal serta penuh onak dan duri. Pada saat itu hemang dunia Islam sagat  mengenal Islam di Indoneia, dan banyak sekali para pedagang dan peniaga yang senang berkeliling Indonesia dalam berdagabg itu, Lalu singkat ceriteram siapakah  para ulama dan da'i yang hebat hebat itu. Sekedar bocoran sedikit dan Insya Allah nanti pada saatnya saya berniat akan menulis lebih serius. 
 
Kenbali saya akan katakan bahwa Ulama pada saat itu memenuhi tiga kreteria, maka untuk menenal ulama kita pada saat itu harus menyentuh tiga variabel sebagai identitas keulamaannya. Ulama pada saat itu harus menguasai ilmu keislaman, yaitu selain mahir mengaji Quran, bisa pula menterjemahkannya, serta pandai pula menahsirkannya. Tak terbayang bagi kita betapa hari hari mereka diisi dengan membaca berbagai jenis Kitab yang ditulis oleh ulama terdahulu dengan masing masing gaya dalam menulis.
 
Dalam dunia pendidikan Islam, dikenal istilah mengaji kitab, ulama jaman dahulu dalam menulis kitab pada umumnya kitab tebal tebal dengan isi yang mencaoai ribuan halaman dalam satu jilidnya dan tertulis dalam konten yang berjilid jilid. Maka sejak dahulupun para ulama menulis kitab memenuhi ruangan perpustakaan hanya mengambil satu eksempkal dalam satu jilid. itupun akan memenuhi sederetan almari buku, itu semua terinspirasi dalam upaya para ulama untuk menjelaskan isi kandungan al-quran. Ketahuliah bahwa dalam mengaji kitab bagi para calon ulama itu, harus dibaca keseluruhan 
 
Selain membaca Al Quran, membaca tasir al Quran yang ditulis oleh sejumlah penulis Tafsir. Lalu mengaji Kiab hadits serta mengaji tasir hadis dengan sejumlah perawi hadits  Lalu ada kitab Frlalu perbandingan mazhab. qih, Mazhab dalam fiqih,     Tak kalah penting ada tarikh Iaslam, samapi kepada kebudayaan Islam. Lalu ada Tauhid Islam serta pemikiran Islam lainnya, yang bisa merekam berbagai situasi yang sangat besar kemungkinan akan dihadapi berbagai  komunitas ummat, yang memiliki semam berbagai operbedaan dan nuansa halus. Yang harus dipelajari secara cermat, 
 
Banyak pihak yang tak habis fikir dengan gerak dan jurus PS itu, dan memang tak begitu saja bisa dipahami oleh banyak orang.  Sementara Rasulullah dahulu menganjurkan agar ummat Islam berlatih berenang, nenunggang kuda, memanah. Ternyata olahraga anjuran Rasulullah bukan hanya terkait kebugaran semata, Tetapi jenis jenis olahraga yang disebutkan itu memiliki keterkaitan dengan air, angin, tanah, serta kemampaun komunikasi tampa kata.   Manakala jurus PS bisa dilatihkan secara sempurna maka pelung berkomunikasi dengan alampun bisa juga terselenggara, tentu saja dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah. 
 
Bahasa para ulama itu secara diam diam masuk ke dalam dunia Pemerintahan, seperti kata kata Dewan,  Musyawarah, Majelis, Adil, Mufakat, Rahmat, dan banyak lagi kata kata yang biasa diucapkan oleh ulama dalam memperkenalkan dan menjelaskan tentang isi Al Quran, yang dilakukan selama berabad abad menjadi kata kata yang demikian akrab baik dihati maupun lisan masyarakat luas, sehingga menjadi kata kunci dalam menentukan arah dan idaman dalam berbangsa dan bernegara.    
 
Ada satu lagi mengapa para ulama menjadi demikian masyhur di mata masyarakat luas, para ulama umumnya juga memiliki kemampuan menjadi tabib, di saat pemeliharaan kesehatan itu lebih banyak ketergantungannya dengan dunia pedukunan, maka muncullah para tabib tabib Islam, tepatnya para ulama yang beraktivitas sebagai da'i. Dengan kermunculan para tabi ini maka terbilang jumlahnya ummat yang terselamatkan dari cara pengobatan yang berbaur dengan kesyirikan serta terhindarnya ummat dari ancaman fitnah. Semula banyak penyakit berat lalu dikatakan sebagai guna guna akibat dendam dan lain sebagainya. Memang membutuhkan waktu ratusan tahun untuk merubah sikap ummat untuk mengobati penyakit yang diderita dengan menerapkan doa dan amal sholeh seperti sedekah dan lain semecamnya selain menggunakan ramuan yang alami. 
 
Berpoasangan dengan kemampuan menjadi tabib para dai tempo dulu memiliki keterampilan kanuragan yang sangat teruji. Janganlah dikira pada saat itu keberadaan seorang dai selalu dalam keadaan aman aman saja, dai itu hidupnya selalu terancam jika dahulu dia terancam keselamatannya karena masyarakat kehilangan rasa hormat, kepatuhan dan kepasrahannya kepada para penjahat yang sering mengganggu dan memeras masyarakat. Dan ternyata diam diam para  pengganggu  itu ada yang mendukungnya ketika mereka mengetahui ada ulama yang memberikan suntikan motivasi agar hidup tidak menjadi penakut. Dan yang memberikan motivasi kuat itu ternyata adalah para dai dan tabib itu. Akhirnya benar benar da'i adalah pihak yang harus dienyahkan, untuk mempermudah pihak penjahat mencari penghasilan. Tentu saja dai yang tidak sempat membekali diri dengan ulah kanuragan menjadi ciut. Dan serta merta yang tersisa hanya dai'i yang selain memiliki ilmu yang dalam, memeiliki pengetahun dalam bidang ketabiban dan memiliki keterampilan dalam ulah kanuragan.Jaman itu para da'i tidak jarang keluar rumah tengah malam buta untuk menemui dengan para penjahat itu sambil melakukan pembicaraan untuk tidak mengganggu ummat Islam. Tentu mereka adalah dai yang benar benar pilih tanding. Pada saat itu para dai tetap saja mengajak mereka untuk belajar membaca Al-Quran, jika mereka ingin merubah nasinya. Dan ternyata tak terhitung besaran kemanfaatannya atas keberanian sang da'i menemui para penjahat di malam buka itu. 
 
Itulah sedikit gambaran kasar mengapa para da'i mampu membuat ummat mencapai 80% mampu membaca al Quran dan huruf hijaiyah. Sementara pada saat mencapai Kemerdekaan dikatakan bahwa Bangsa Indonesia pada saat itu masih 90% sedang mengalami buta huruf. Maska ketika ditentukan jurus jurus PS, sistem geraknya, sistem pernafasannya serta aqidah dan kaidahnyas yang hanya mengacu kepada aqidah Islamiyah, sehingga inti jurus adalah do'a, dan jurus puncaknya adalah sholat dan sejatinya Guru Besarnya adalah Al-Quran. Bila itu dilaksanakan maka Islam di Indonesia bersama Bangsa yang majemuk ini Insya Allah akan jaya.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar