Pupus harapan itu setelah beliau menjawab dengan kata kata, bahwa tidak ada keharusan seorang intelektual membuat tulusan dan youtube, apalagi youtube punya anda, katanya menjwab. Saya mencoba menasnyakan itu setelah beliau mengatakan bahwa beliau telah melakukan study sejak usia 18 tahun. Berapa usia beliau sekarang saya tidak tahu. Kalau saja beliau berusia 50 tahun maka berarti beliau melakukan study sudah mencapai 32 tahun. Sempat saya menanyakan judul buku yang ditulis dan dicetak dipercetakan mana. Nampaknya beliau tidak suka dengan pertanyaan saya itu.
Nampaknya beliau mengajak saya untuk berdebat, bukan diskusi, debat melalui kalimat kalimat pendek, dengan kata kata yang pedas. Islam melarang ummatnya untuk debat, karena debat itu hanya untuk mencari kemenangan semata. Sebuah haddits mengatakan manakala terjadi perdebatan maka tinggalkanlah. Bila anda meninggalkan perdebatan sementara kita memang dalam posisi yang salah, maka kita akan dibuatkan rumah di syurga, tetapi bukan pada wilayah yang indah. Tetapi manakala kita memang berada pada posisi yang benar maka Allah akan membuatkan kita rumah di syurga dalam wilayah yang sangat indah.
Tetapi satu hal yang sangat tidak saya sukai, beliau mengkaitkan perdebatan itu dengan ajaran agama Hindu. Sementara Dia bukan penganut Hindu, dan nampaknya juga awam tentang agama Hindu. Bisa dibayangkan jika Dua orang awam berdebat dan berdiskusi tentang suatu hal yang tidak mereka pahami maka perdebatan itu tak lebih dari sebuah panggung lawak belaka. Tetapi bila kami berdua sebagai orang awam tentang agama Hindu, atau mungkin Budha, atau agama apapun, dalam ketidak pauaman kami, maka itu merupakan pelecehan bagi agama agama yang akan kami sebut sebut itu.
Saya dituduh pengecut, ya silakan, saya dituduh pecundang, ya silakan saja. Saya tak ingin bersama Beliau melakukan kebodohan. Tetapi saya menghormati beliau, sebagai penghormatan maka saya akan menyebut beliau sebagai Profesor, atau disingkat. Prof. Maaf Prof. Saya tidak ingin ikut ikutan bodoh . Lalu apa sebenarnya yang ingin beliau katakan. Beliau mengatakan bahwa Prana Sakti itu adalah ajaran Hindu. Semula saya ingin mendengar dalam Bab apa Hindu atau Budha ataupun agama lain yang menyebutkan kata Prana atau Prana Sakti.
Sebagai sedikit saja informasi bahwa pata Prana itu bukan hanya Hindu yang seringgunakannya, atau mungkin juga agama Budha, tetapi juga ada di Bahasa Sanskerta, India dan juga bahasa Jawa. Jadi kata Prana irtu digunakan di luar agama maupun digunakan juga oleh masyarakat beragama. Setidaknya kata kata itu digunakan ketika mereka sedang menjelaskan tentang makna tafsiran dari kandungan Kitab Suci mereka. Yang ingin saya mendengar apakan kata Prana itu merupakan nama lain dari Tuhan Sesembahan mereka, Apakah juga merupakan kata kata yang harus diucapkan dalam ritual ritual wajib dalam agama. Hal inilah yang tidak boleh ditafsir tafsirkan oleh orang awam, dan apatah lagi bukan merupakan penganut agama itu.
Itu sikap yang kliru Prof .... !.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar