MENYIMAH OBROLAN BANG ZEN. (Bagian Terakgir dari Tiga Tulisan)
ITU TERJADI PADA SAAT kunjungan Bang Zen ke Lampunng, sejumlah senior PS Lampung duduk khusyuk menyimak pemharahan Bang Zen dan aka sepatah kalimat yang memang sudah lama dikenal oleh masyarakat dan dengan kalimat itu sepertinya Bang Zen ingin menampaikan bahwa apapun apapun provesi kita sebenarnya jurus itu bisa mendukung provesi itu, misalnya provesi sebagai akademisi, provesi sebagai pebisnis dan lain lain, Tetapi jurus PS ini setidknya pernah kita lakukan analisa Cipta Rasa dan Jarsa. Saya berusaha memperhatikan mimik wajah para senior dan sayapun tak mampu menangkap gejala apapun sebagai respon Pengarahn Singkat Bang Zen yang mengucapkan kata kata Cipta Rasa Karsa itu, tetapi sepertinya juga
Tetapi Bang Zen menambahkan uraiannya yaitu tentang dahsyatnya gerak jurus ps itu, lama sekali kedahsyatan itu diceriterakan tetapi tak bedanya saya dengan Para Senior Saya lainnya, tak seorangpun kami yang memanfaatkan kesempatan untuk berdialog itu dalm rangka mengalami pendalaman, sehingga yang terjadi hnya monolog yang dilakukan oleh Bang Zen. Dan pada puncak pembicaraan walaupun sulit bagi saya menangkapnya secara utuh karena jarak duduk saya dengan beliau kurang ideal tetapi saya berusaha menimpulkan gerakan julus PS itu sagat membantu pembentukan cipta dan rasa untuk membentuk Karsa yang artinya Keinginan, Kemampuan, dan biasanya para sebior PS menebutnya Power. Tetapi juga kata Bang Zen untuk sampai pada pembicaraan itu beliau katakan harus dimulai Al Quran. Sesuai dengan Pesan Bang Asfanudin. selaku Pendiri PS dan Guru Besar yang pertama.
Untuk melaksanakan Al Quran sebagai Guru Besar maka langkah yang pertama adalah kita harus mencintai Al Quran, sebagai indikator mencintai Al Quran itu antara lain rajin membacanya dan selalu berusaha meningkatkan kualitas cara membacanya. Kualitas cara membacanya itu sangat ditandai dengan sering sering membacanya, karena untuk mencapai kesempurnaan dalam membaca Al Quran itu keseringan membaca Al Quran itu sebdiri. Membaca Al Quran pun harus menggambarkan tampa mengenal waktu, artinya bisa meliputi pagi, sore, siang dam malam. Keseringan membaca adalah merupakan jalan menuju kesempurnaan dalam membaca.
Kesempurnaan membaca itu adalah dimulai dari kesempurnaan makhroj atau penyebutan huruf dan kata kata, serta memahami aturan tanda baca dan serta petunuk cara membaca. Untuk itu kita membutuhkan Ilmu Tajuid dan kita harus memiliki kepatuhan dan kedisiplinan dalam mematuhi tanda caca dan aturan membacanya. Memang akan terasi lehilangan keindahan ketika membaca Al Quran tetapi tidak memiliki kepatuhan dan kedisiplinan membaca al Quran secara teratur, aturan baca dan petunjuk baca akan melahirkan keindahan yang sempurna dan akan indah didengar.
Orang yang tidak memahami aturan baca dalam Al Quran, sngat mudah sekali diketahui jama'ah, karena bacaan itu bukan hanya tidak umum, tetapi akan menjadi buruk dan sangat mengganggu jama'ah dip[aksakan menjadi imam sholat. Salah satu akuran yang mudah tertangkap tanda orang itu mematuhi aturan baca dan petunjuk lainnya adalah dagu dan janggutnya akan sangat nampak sekali bergerak, maka sebaliknya bila dagu dan janggut tak nampak bergerak dalam membaca bacaan sholat maka hampir dapat dipastikan, yang bersangkutan tak berdisiplin dalam membacanya.
Dalam membaca Al Quranpun kita harus setidaknya tahu artinya,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar