(BAGIAN II)
4. Politik
Ekonomi dan Strategi Pengembangan Kebudayaan Daerah Lampung yang Berbasis
Nilai Nilai Filsafat Hidup Piil Pesenggiri.
Secara
faktual sistem ekonomi yang sedang mengglobal
dewasa
ini adalah sistem liberalisme kapitalisme. Sistem ekonomi
yang
secara esensial tidak sesuai dengan hakikat kemanusiaan
terutama
manusia dalam perspektif filsafat hidup masyarakat
Lampung
(Piil Pesenggiri). Karena itu
pengembangan politik
ekonomi
secara filosofis tidak dapat melepaskan diri dari nilai nilai
yang
terkandung dalam filsafat hidup yang dipegang teguh oleh
masyarakat
bersangkutan di mana politik ekonomi itu diaktualisasi
kan.
Dalam
konteks masyarakat Lampung adalah filsafat hidup Piil Pesenggiri.Secara
esensial nilai nilai yang terkandung dalam filsafat hidup Piil Pesenggiri tidak bertentangan dengan
Pancasila dan ajaran Islam. Bahkan ia
memiliki koherensi yang sangat men dasar sehingga strategi politik ekonomi dalam
pengembangan kebudayaan yang berbasis
nilai nilai filsafat hidup Piil Pesenggiri ini identik dengan ekonomi Pancasila dan Islam. Sila ke 5 Pancasila secara jelas mengamanatkan
bahwa Negara Republik Indonesia bertujuan
untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Penjabaran dari
prinsip atau nilai itu tercantum dalam pasal 33 UUD 1945 ayat 1 berbunyi perekonomian
disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas azas kekeluargaan. Pasal ini merupakan salah satu pilar demokrasi yang mendasari
mekanisme perekonomian dan penyelenggaraan
pembangunan nasional (Tjokrowinoto, 2001: 167).
Berbicara
tentang keniscayaan korelasi pengembangan politik ekonomi dan filsafat hidup
masyarakat bersangkutan dengan
sendirinya
tidak terlepas dari peranan birokrasi sebagai
penyelenggara
pemerintahan. Mastal (1995: 18) mengemukakan
bahwa
dukungan aparat yang siap dan bertanggung jawab
merupakan
faktor yang sangat penting dan menentukan sebab
gagasan
dan rancangan apapun jika tanpa didukung oleh aparat
yang
bertanggung jawab niscaya mengalami kegagalan.
Oleh
karena itu sangat diperlukan aparat aparat pemerintahan yang jujur dan bermoral
terutama yang berkaitan dengan pengembangan
politik
ekonomi.
Berkaitan
dengan pembangunan politik ekonomi tersebut diatas, Syaukani, dkk., (2002: 175)
mengemukakan bidang ekonomi
yang
paling penting adalah bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat secara berkesinambungan dari waktu ke
waktu.
Oleh karena itu semua pelaku ekonomi (baik pemerintah
maupun
swasta) harus memiliki komitmen kemanusiaan dan untuk
memanusiakan
manusia. Kemudian perspektif Islam
secara reflektif menggambarkan bahwa dalam upaya pengembangan politik ekonomi
tidak dapat terlepas dari nilai ketuhanan, nilai
kebersamaan,
nilai keseimbangan dan nilai moralitas,
misalnya prinsip tauhid mengharuskan manusia untuk menyadari bahwa alam semesta
dan segala isinya adalah ciptaan Allah. Oleh karena itu dalam kegiatan ekonomi
harta kekayaan yang ada dalam pemeliharaan manusia adalah milik Allah dan oleh Allah diperintahkan untuk diberikan
sebagian kepada manusia lain yang membutuhkan (tolong menolong, nilai sosialitas).
Di sinilah Islam menetapkan keharusan adanya fungsisosial dalam ekonomi
(Shihab, 1996: 410- 411).
Dari
pembicaraan di atas dapat dikatakan bahwa kebijakan politik ekonomi haruslah
mengedepankan asas keseimbangan antara dimensi material dan spiritual
sebagaimana yang terkandung dalam filsafat hidup Piil Pesenggiri. Di sini nilai nilai
fundamental filsafat hidup Piil
Pesenggiri harus dijadikan acuan oleh
para pemegang
kekuasaan/
pemimpin di daerah Lampung dalam menjalankan
kebijakan
politik ekonomi sehingga dapat melahirkan suatu
peradaban
yang berbasis nilai-nilai fundamental kemanusiaan dan
penuh
dengan keseimbangan antara dimensi material dan spiritual,
kebaikan
dan kebajikan, kebersamaan dan kesamaan. Inilah yang
disebut
sebagai sistem ekonomi kerakyatan dan boleh juga disebut
sistem
ekonomi Pancasila dan Syariah Islam, yaitu suatu sistem
ekonomi
yang berpihak kepada kepentingan dan kemakmuran
masyarakat
secara menyeluruh dan merata.
5. Politik Lingkungan Hidup dan Strategi
Pengembangan Kebudayaan
Daerah Lampung yang Berbasis Nilai-Nilai Filsafat
Hidup Piil Pesenggiri
Problematika
lingkungan alam dewasa ini sudah sangat memprihatinkan dan mengancam
keberlangsungan hidup manusia. Secara kausalitas ini merupakan akibat cara
pandang dan perilaku manusia sendiri. Cara pandang manusia terhadap diri dan lingkungannya
yang materialistis menghasilkan perilaku egois danrakus terhadap sumber daya
alam. Padahal seharusnya manusia sebagai pelaku moral mempunyai keharusan dan
tanggung jawab terhadap kelangsungan hidup seluruh realitas, baik makhluk yang abiotis maupun makhluk biotis.
Skolimowski
(2004: 54) mengemukakan bahwa manusia yang sadar secara ekologis bukan hanya
mengambil secara bijaksana persediaan sumber-sumber daya alam yang tersedia dan
menganjurkan ukuran-ukuran yang ketat untuk melestarikan alam
lebih
lama, melainkan kesadaran itu juga berupa penghormat
an
terhadap alam dan keinsafan bahwa manusia adalah perluasan alam dan alam adalah
perluasan manusia. Nilai-nilai manusia harus
dilihat
sebagai bagian dari sebuah spektrum yang lebih besar yang
di
dalamnya alam berpartisipasi dan saling mendefinisikan.
(Skolimowski,
2004: 56). Korelasi manusia dengan alam tidak
terlepas
dari masalah nilai-nilai ekologis, moral dan spiritual (nilai
-nilai
kemanusiaan).Nilai-nilai ini terkandung di dalam filsafat
hidup
Piil Pesenggiri.Filsafat hidup Piil Pesenggiri memandang manusia dan alam
semesta sebagai makhluk yang diciptakan Tuhan.
Manusia,
alam semesta dan Tuhan saling berkorelasi. Keterhubungan manusia dengan
manusia, manusia dengan alam semesta adalah sesuatu yang niscaya didorong oleh
berbagai nilai
nilai.
Seperti yang dikemukakan
Skolimowski (2004: 79) nilai nilai itu
mengatur hubungan antara Tuhan, Sang Pencipta dengan manusia, ciptaan Nya.
Itulah nilai-nilai hubungan pribadi antara manusia dengan Tuhan yang
menjelaskan kewajiban kewajiban manusia kepada
Tuhan, kewajiban kewajiban
manusia kepada manusia dan kewajiban-kewajiban manusia kepada alam semesta.
Dapat
ditegaskan kembali, keyakinan masyarakat adatterhadap kekuatan religiusitas dan
spiritualitas yang tidak terpisahkan dari agama secara esensial koheren
sekaligus juga relevan dengan pandangan dan keyakinan masyarakat adat Lampung yang pada hakikatnya terkandung dalam
filsafat hidup Piil Pesenggiri di mana
nilai religius dan nilai spiritual merupakan nilai-nilai yang paling pokok dan
menjadi sentral bagi nilai-nilai lainnya. Perlu ditegaskan juga bahwa nilai
religius dan spiritual dalam filsafat hidup Piil Pesenggiri merupakan nilai
yang teremanasi atau terlimpah dari nilai tertinggi yaitu nilai ketuhanan.
Memperhatikan
urgensi dan signifikansi nilai-nilai tersebut
di atas, maka dapat dipastikan nilai-nilai yang terkandung dalam filsafat hidup
Piil Pesenggiri secara reflektif merupakan nilai-nilai yang
sangat relevan untuk dijadikan sebagai dasar-dasar politik
lingkungan
hidup yang bermuara pada pengembangan kebudayaan
masyarakat
daerah Lampung. Tegasnya nilai-nilai tersebut harus
dijadikan
sebagai landasan dasar bagi pengembangan politik
lingkungan
hidup dalam rangka mewujudkan suatu komunitas yang
harmonis
dan serasi. Komunitas yang harmonis dan serasi dala
m
konteks lingkungan alam bukan hanya sekedar hubungan intim,
penghormatan
dan penghargaan serta keseimbangan antara manusia dengan sesama manusia, melainkan terhadap
seluruh makhluk kesemestaan.
6. Sistem Pendidikan dan Strategi Pengembangan
Kebudayaan
Daerah
Lampung yang Berbasis Nilai-Nilai Filsafat
Hidup
Piil
Pesenggiri
Pendidikan,
menurut Hasan Langgulung (Jalaluddin dan Abdullah, 2007: 185 186), mencakup dua
kepentingan utama, yaitu pengembangan potensi individu dan pewarisan nilai-nilai
kebudayaan. Kedua hal ini berkaitan erat dengan pandangan hidup
(filsafat
hidup) suatu masyarakat. Ini karena hakikat dan tujuan
pendidikan
harus berdasarkan filsafat hidup masyarakat di mana
pendidikan
itu dilaksanakan. Dalam konteks pengembangan
kebudayaan
masyarakat daerah Lampung, nilai-nilai filsafat hidup
Piil
Pesenggiri harus dijadikan sebagai dasar dalam merumuskan
sistem
pendidikan dan sekaligus dijadikan sebagai tujuan yang akan
dicapai
dalam pelaksanaan pendidikan. Nilai-nilai filsafat hidup masyarakat Lampung
seperti telah dikemukakan pada bagian sebelumnya memiliki koherensi dengan nilai-nilai
filsafat hidup Pancasila, dan nilai-nilai dalam Islam.
Oleh
sebab itu menjadikan nilai-nilai filsafat hidup Piil Pesenggiri sebagai dasar
sistem dan tujuan pendidikan, berarti sekaligus telah
mengaktualisasikan
nilai-nilai filsafat hidup Pancasila dalam sistem pendidikan. Mata rantai
hubungan antara sistem pendidikan dengan
nilai
nilai filsafat hidup tersebut dapat dilihat dalam rincian Jalalud
din
dan Abdullah (2007: 186) berikut:
1. Setiap masyarakat atau bangsa memiliki sistem
nilai ideal yang
dipandang sebagai sesuatu yang benar.
2. Nilai-nilai tersebut perlu dipertahankan
sebagai suatu pandangan
hidup atau filsafat hidup masyarakat
bersangkutan.
3. Agar nilai-nilai tersebut dapat terpelihara
secara lestari, maka
perlu diwariskan kepada generasi
berikutnya.
4.
Usaha pelestarian melalui pewarisan itu efektifnya melalui
pendidikan.
5.
Untuk menselaraskan pendidikan yang deselenggarakan de
ngan muatan yang terkandung dalam nilai-nilai yang menjadi
ngan muatan yang terkandung dalam nilai-nilai yang menjadi
pandangan hidup (filsafat hidup) tersebut,
maka secara sistematis
program pendidikan harus menempatkan nilai-nilai
filsafat
hidup sebagai landasan dasar, muatan dan tujuan
yang akan
dicapai dalam pendidikan.
Dari
rincian tersebut semakin meyakinkan bahwa strategi pengembangan kebudayaan
masyarakat daerah Lampung yang
berbasis
kemanusiaan dalam bidang pendidikan haruslah
menjadikan
nilai-nilai filsafat hidup Piil Pesenggiri sebagai identitas dan jati diri masyarakat Lampung
sebagai landasan dasar
penyusunan
dan penentuan tujuan pendidikan. Ini karena nilai-nilai
yang
terkandung dalam filsafat hidup tersebut bersifat universal
sesuai
dengan hakikat dan kodrat kemanusiaan.
Bersambung ....
Bersambung ....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar