Tiba tiba Kanwil Depdikbud Lampung menetapkan agar Piil Pesenggiri lebih diperkenalkan sebagai pandangan filsafat dibanding pendekatan adat, hal tersebut adalah akibat Sambutan Rosihan Anwar yang mewakili Mnteri Pendidikan dan Kebudayaan menyimpulkan bahwa masalah kebudayaan di Lampung masing menyisakan masalah yaitu "piil Pesemggiri"
Ini disimpulkan oleh Rosihan Anawar karena beliau menyaksikan
sendiri, bawha Peserta Dialog Kebudayaan tahun 1989 itu trpaksa dituNda
penutupannya selama setengah jam karena banyaknya pihak yang meminta
waktu serta menyampaikan protis atas kata akhir yang didominasi kl;aim
sebagai pemilik Piil Pesenggiri.
Kalimat yang paling menhok pada saat itu adalah (1) pertama Jangan dikira mudah menjadi orang Lampung, dan (2) dua jangan mengaku sebagai orang Lampung, jika bejuluk tidak dan beadekpun tidak. Aparat dilingkungan Kanwil Dikbud pada posisi ujung tombak mayoritas adalah merupakan pendatang dari luar baik rransmigrasi mapun non transmigrasi, yang selama ini selalu didorong untuk merasa sebagai orang Lampung. Setiap Kecamatan diangkat seorang Penilik Kebudayaan jabatannya. Dan mereka ini juga termasuk sebagai pihak yang paling terbingungkan oleh pernyataan pernytaan itu, karena selama ini diarahkan untuk mengaku dan merasa sebagai bagian dari Orang Lampung.
Itulah sebabnya mengapa sebagian peserta dialog kebudayaan ini menyesalkan kata kata itu muncul justeru pada saat saat menit menit dialog kebudayaan hampir berakhir. Celakanya bukan segera menyadari kekeliruan tetapi justeru semakin berdalih untuk mempertahankannya, dan kalimatpun menjurus untuk mengklainm sebagai pemilik Piil Pesenggiri, setelah sebelumnya puja puja dan kekaguman peserta kepada Piil Pesenggiri.
Selang sebulan kemudian para pejabat dilingkungan Kanwil depdikbud Provinsi Lampung menyepakati bahwa Piil Pesenggiri lebih diperkenalkan dengan menggunakan pendekatan filosofis.Sedangkan praktik dan pengenalan Piil Pesenggiri dengan pendekatan adat istiadat antropologis diharapkan juga akan jalan seirama dengansegala perkembangannya yang fluktuatif.
Sebenarnya kita juga sangat mengharapkan akan terjadi kemajuan luar biasa untuk memperkenalkan Piil Pesenggiri melalui karya seni, semisal seni sastra dan juga tangkai seni lainnya, untuk mmperkenalkan Piil Pesenggiri itu kepada masyarakat umum. Bergembira pada saat ini setidaknya sudah ada belasan skripsi Mahasiswa S1 di Fakultas Ushuluddin yang menulis Piil Pesenggiri sebagai juudul skripsinya, Sementara di Fakultas Filsafat Universitas Gajahmada sudah ada Thesis dan disertasi dengan udil Piil Pesenggiori.
Kita berharap kajian Piil Pesenggiri di Jurusan Aqidah dan filsafat Fakultas Ushuluddin UIN Lampung membuka wawasan dan wacana, agar para mahasiswa terbuka dan berminat melakukan penelitian tentang filsafat, penelitain yang telah diawali dengan penelitian yang gliobal tentunya bisa merambah menuju yang khusus hingga sudut sudut kecil tetapi banyak menyimpan sesuatu yang besar. Nanti pengelola jurusan yang akan mengarahkan para mahasiswa dalam meneliti.
Tentu saja penelitian para mahasiswa ini sangat bisa diperkuat dengan pendekatan kota dan desa, sosiologis dan antropologis. tetapi sebagai Universitas Islam. maka puncak kajiannya adalah kajian theologis, walaupun banyak ahli mengatakan bahwa ketika memasuki wulayah keagamaan maka pendekatannya adalah bukan lagi argumen, melainkan dokumen, Namun demikian bukan berarti pisau analisa tek lagi berfungsi dalam tataran dokumentatif itu, klarena bagi agama Islam, jusateru wahyu yang diturunkan akan lebih banyak melalui alam ketimbang pesan lewat Jibril. Artinya tataran filosofis jelas masih memiliki peluang berpartisipasi.
Maka akan menjadi logis bahwa Fakultas yang lebih siap menyambut kehadiran Piil Pesenggiri adalah Fakultas Ushuluddin, khususnya jurusan Aqidah dan Filsafat, walaupun bukan berarti Fakultas lain akan kehilangan pelunag, untuk menoleh Piil Pesenggiri sebagai objek kajian dan penelitiannya. ditunggu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar