Fachruddin FGD |
Menurut Ibnu Thaimiyah hati itu dikatakan hidup adalah
ditandai dengan upaya upaya dan keberhasilan kita menmbah
kan ilmu dalam hidup kita ini. Hati itu akan menjadi hidup
manakala ilmu kita bertambah.
SAYA PERNAH MENGALAMI PINGSANNYA HATI
MUNGKIN BELUM BENAR BENAR MATI.
MUNGKIN BELUM BENAR BENAR MATI.
Di tingkat SD saya enjoy dalam belajar, di awal SLTP masih memiliki kemampuan mempertahankan semangat belajar, tetapi semangat belajar saya hilang di akhir LTP semulka saya diawali dengan mengalami sakit, sebenarnya sakit yang paling parah adalah di kls III SLTP saya mengalami sakit yang cukup parah, pada saat itu saya mengalami sakit hingga tiga (3) minggu lebih lamanya dan puykulan yang paling parah saya rasakan adalah jatuhnya prestasi saya di Ilmu Aljabar, saya disingkirkan oleh teman perempuan di kelas itu. jika tak salah namanya Maryati. Dia menjadi Bintang Aljabar di kelas saya. setelah saya diringkirkan dalam ketidak berdayaan setelah saya mengalami sakit mencapai sebulan tak masuk sekolah. Dan langkah berikutnya saya kekurangan jatah bulanan, sehingga kecap menjadi teman nasi yang paling setia
Setammat SLTP masuk ke SLA nampaknya saya saya masih belum mampu menghidupkan lematian atau mungkin baru pinsan, sampai pada saat kelas III SLTA atau tahun teralhir di SLTA. Pada saat kami masuk kelas akhir, kami di bagi dua dan memang saya dikelompokkan ke kelompok A, kami semua di bagi kelompok A dan B. A di anggangap lebih baik dari B.Tetapi saya merasa saya takdi kelompokkan kan A. Saya juga heran selama tiga tahun saya menggenjot untuk menutupi
ketertinggalan saya. Tetai hingga ujian akhir saya belum mampu mernunjukkan prestasi dan hasil belajar saya.
Hasil belajar saya baru nampak terasa setelah mulai duduk di bangku kuliah. Hasil hasil belajar saya baru mulai bermunculan dan terasa. Saya merasakan adanya grafik naik. Apa yang saya baca terasa lengket di ingatan saya, dan saya suka membaca baca buku apapun. Dan di Bangku kuliah saya menyenangai semua mata kuliah saya sukai, tidak seperti SLTA dahulu, aga mata pelajaran yang kurang saya sukai. Di Bangku kuliah tak mata kuliah yang tak saya sukai.
Hingga Sarjana Muda memang saya akui buku yang saya baca tak terarah, karena pada saat itu dosen tak mengarahkan, karena memang bukunya tak ada di Perpustakaan. Baru setelah doktoral kami mendapatkan intormasi buku apa yang diwajibkan dan buku apa yang diajurkan. Pada saat itu saya membaca buku buku itu selagi ada di toko buku dan di Perpustakaan.
Inti yang menjadi point saya adalah bahwa sakitnya hati bisa kita alami sekalipun kita dalam penuh kesadaran bahwa hati kita sedang sakit, dan kita berusaha belajar. Pada saat saya berusaha belajar itu saya belum sanggup menemukan hidupnya hati saya, tetapi yang sudah pasti saya dapatkan adalah semangat, semangat untuk belajar itu saya pikir menunjukkan bahwa hati saya belum mati. Dan kesimpilan saya untuk itu kita memang membutuhkan sebuah perjuangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar