Senin, 04 Mei 2020

KITA LANUTKAN REVOLUSI PRANA SAKTI

UNTUK MENCAPAI TUJUAN BANG ASFAN SELAKU Pendiri da Guru Besar Prana Sakti, memang kontroversi akan muncul manakala tidak berusaha memahami Revolusi Bagian Pertama, yaitu berdirinya Pengurus Prana Sakti di berbagai daerah dan dominasi anggota PS daerah, yang sebagian besar belum tahu sepak terjang dan susahnya menjadi anggota PS di Pusat. Tetapi hendaknya kelebihan dan kekurangan Pusat dan Daerah itu justeru menjadi modal besar dalam mengembangkan PS ini. PS akan berkembang pesat manakala Daerah dan Pusat mampu saling bersinerji, Ketahuilah bahwa sinerji Pusat dan Daerah itu sejatinya dan seharusnya memang harus dibangun.

 Pernyataan itu harus kita pahami sebagai sebuah metafor bahwa demikian beratnya anak anak Bengkel dalam berlatih jurus PS. Tetapi sebagai pembanding nya saya akan mengetangahkan sebu ceritera. Ini kisah dituturkan oleh setiodaknya tiga narasumber, karena kemungkinan besar Angkatan yang belakangan tidak merasakannya, dan akan bersumpah bahwa itu tak pernah terjadi. Biarlah. Karena memang bukan itu poit saya.

Dahulu di angkatan angkatan Awal di Yogyakarta, mereka yang telah selesai melakukan jurus 1 hingga 10 diberikan tugas untuk membasmi aktivitas yang sangat merugikan dan meresahkan masyarakat. Masing masing satu sasran setiapo seseorang. Maka yang paling banyak diminati para anggota baru unu adalah mendatangi preman yang benar benar telah diketahuinya, dan selama ini memang juga ditakutinya.

Maka berangkatlah  si Anggota baru seorang diri, menuju tempat operasional si preman tersebut. Lalu dia menunggu momen yang tepat yaitu ketika si preman memalak sasaran. Lalu datanglah anggota baru ini tadi dan memerintahkan kepada preman untuk mengembalikan uang hasil palakan itu. Kata siempunya cerita ada juga preman yang menawarkan damai dengan membagi hasil palakannya, tentu saja dengan tegas Ia menolak tawaran bagi hasil itu.  Dia bilang " ... kembalikan uangnya". Jangan lagi kamu ganggu mereka dan jangan dimintai uangnya. Jika tidak nanti kamu saya tempeleng.

Semula di Preman itu naiuk pitam, tetapi nampak dari wajah Anggota Baru Tadi, tak sedikitpun menggambarkan ragu atau ngeri. Matya si anggota baru tadi sedikitpun tak berkedip, pandangannya lurus kedepan. Ini yang membuat para preman keder. Lalu preman diusir .... , semula preman ingin bertahan, tetapi setelah Anggota baru mengulang perintahnya dan yang terakhir agak membentak.Maka preman dengan beberapa orang anggotanya itu berlari dengan meneriakkan gila ... gila ... gila .... !

Ada juga anggota baru itu yang mendatangi duikun palsu ....,  dukun ini seolah bisa menyelesaikan segala masalah dan hanya doiolah dari jarak jauh. Ada yang mengadukan sering kena palak, ada yang sering diganggu anak anak nakal, ada yang sering kehilangan dan lain sebagainya. Datang anggota baru tadi ke tempat praktek dukun palsu dan mengobrak abrik segala peralatan yang ada, lalu mengusir si dukun beserta sejumlah stafnya ..... Anggita  tadi juga diteriaki gila, lalu menutup prakteknya hari itu.

Selesai itu mereka kembali bertemu di Bengkel, sambil rerabahan mereka saling buka cerita, sayang mereka biasanya cerita dalam waktu bersamaan,  sehingga tidak jelas siapa yang mau mendengar cerita mereka, kecuali mereka yang memang tak menemukan sasarannya. Akhirnya mereka merasa lelah dan tidur dengan pulas di Bengkel.

Ini saya nilai sebuah ceritera yang unik, tetapi memang   sejak latihanpun selalu diteriakkan lebih baik mandi keringat pada saat latihan daripada mandi darah pada saat berperang, ityu sebuah metafore bahwea bila ingin berhasil dengan baik maka tak ada cara lain, selain berlatih secara serius. Saya pada sat pertama latihan jurus PS bukan kaki yang berdarah, tetapi kepala, kata seorang senior angkatan awal PS Yogya. saya melakukan jurus PS itu, kepala dililiti perban tambahnya.

Sejarah seperti ini tidak perlu kita tutup tutupi, perkara sekarang tidak lagi di praktekkan, itu tidak menjadi masalah karena hal tersebut juga tidak bertentangan dengan Islam, karena menurut Islam bila ada kemungkaran maka cegah debfab tabfab, bila tak mampu maka cegah denganb ucapan, bila tidak mampu maka cegah dengan hati. dan itu serendah rendahnya iman.

Sejarah itu sangat berguna untuk menjadi bahan kajian bagi generasi yang akan datamng. Kalau saja situasi berubah bisa saja sesuatu yang dahulu dianggap tepat menjadi tidak lagi tepat, sesuatu yang dahulu harus dipertahankan mak bisa saja sekarang haruas dibuangkan.

Wallohu a'lam bishowab. 

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar