Sabtu, 06 Juni 2020

MUHAMMAD SAW ITU KAYARAYA.

FACHRUDDIN FGD
SATU HAL YANG BANYAK ORANG belum tahu, yaitu bahwa Nabi Muhammad SAW itu adalah sosok orang kayaraya. memang semula beliau bekerja pada seorang saudagar yang terbilang sukses di Kota Makkah, kekayaan Saudagar ini bertambah dengan pesat semenjak Muhammad muda yang bergelar Al Amin itu dipercayai untuk memenej perusahaan milik Saudagar kaya itu. Benar apa kata orang Barat, bahwa kejujuran itu adalah merupakan mata uang yang akan berlaku dimanapun dan kapanpun. Kejujuran sosok Muhammad itulah yang membuat kekayaan perusahaan itu menjadi yang terbesar, secara lambat laun tetapi kekayaan Muhammad hampir menyamai kekayaan si pemilik Perusahaan, terlebih ketika Ianda kaya pemilik Perusahaan bersepakat menikah bersama Muhammad yang besar sekali jasanya dalam mengembangkan perniagaan. Kalau seandainya mereka yang sedang menyelenggarakan Baksos terkait dampak Qovid 19 telah tahu sejak mereka kecil bahwa Muhammad adalah orang kaya raya, saya yakin mereka lebih kaya dari sekarang, dan mereka mampu menyelenggarakan Baksos yang lebih besar lagi.



 Demikian yang sempat melintas di benak saya, bahwa mereka ini memiliki semangat untuk berbagi tetapi dengan keterbatasa merekja mampu mengumpulkan beras dan minyak goreng, Memang belum sebanding antara mereka yang bisa menerima dengan mereka yang bisa dibagi, apalagi dampak dari lockdown arau apapun namanya itu ternyata tak begitu saja bisa dihentikan dengan dikatakan lockdown berakhir. Walaupun untuk mentara waktu terbilang sedang berjalan landai.

Grup yang sedang menyelenggarakan bakti sosial ini adalah Grup WA yang memiliki program Khatam Quran untuk mencapai akal sehat. Disebutkan bahwa akal sehat itu terdapat pada jiwa atau qolbu yang sehat. Kalbu yang sehat itu ketika memiliki kemampuan memutuskan sesuatu dengan penuh keyakinan berdasarkan pengetahuan yang juga diyakini kesahihannya, serta sejalan dengan al Quran dan al Hadits. Sementara terkait Corona ini kita dijejali dengan informasi yang cenderung brutal. Dan membuat masyarakat menjadi ragu ragu. Hati yang ragu ragu itu menunjukkan bahwa hatinya sedang sakit. Ciri ciri hati yang sakit adalah ragu ragu ketika menetapkan kepuitusan. Banyak orang yang tak lagi mengunjungi masjid, tetapi Ia malu bercerita, banyak juga yang masih rajin ke masjid, tetapi Ia sendiri ragu, apakah kuputusannya benar. Ia pun sulit menyampaikan alasannya, karena memang tak dipahaminya.

Dengan cara berbagi dengan mereka yang membutuhgkannya, maka kita semua berharap agar memiliki kemampuan dan data data valid sehingga tak mengalami ragu ragu ketika menetapkan keputusan penting bagik bagi dirinya maupun keluarganya. Maka dengan mengkhatamkan alQuran, kita layak untuk berdoa atau meminta kepada Allah agar diberitahukan dengan al-Quiran apa apa yang kita belum, agar diingatkan  melalui alQutan apa apa yang kita terlupa dengan itu semua, karena hanya dengan al-Quran kita mampu mencapai derajat takwa, yang sebenarnya takwa. Dan pada hakekatnya kita bukan sekedar berbagi, tetapi sesungguhnya kita meminta yang lebih lagi, karena kita sadar bahwa kita penuh kekurangan dan kealpaan, sementara Allah maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Itulah kira kira salah satu makna kawan kawan memaksakan diri untuk bisa berbagi. Hanya kepada Allah kita berharap.

Walloa'lam bishowab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar