Selasa, 30 Juni 2020

NYAMAN DIPIMPIN RAJA KECIL

APA SALAH DIN SYAMSUDDIN


TIDAK KURANG DARI SEORANG GUSDUR terbilang senang mengkritik masyarakat dan penguasa, kekuasaan digunakan  bagaikan Raja Raja Jawa Kuno, tetapi Gus Dur juga mengkritik masyarakat koq nyaman dipimpin dangan cara kepemimpinan raja raja kecil dengan kebiasaan menjadikan ucapan Peninpin sebagai Hukum, Sabdo Pandito Ratu. Pernah pidato seorang Presiden yang berpidato secara agitatip, mngundang decak kagum rakyatnya yang mayoritas buta hurup itu.  

Di zaman Orde Baru yang semula baik baik saja itu berakhir dengan ekspressi kediktatoran itu berhasil membuat kemajuan diberbagai hal, pada era itu tercatat  sempat mengalami surplus pangan, kita sempat ekspor beras. Tetapi karena lingkarannya banyak penjilat, Akhirnya Ia terdongkel oleh sifat ambisiusnya sendiri setelah 30-an tahun berkuasa. Pada era itu juga pendidikan digenjot, sehingga ada larangan untuk tidak naik kelas, ada larangah nuntuk tidak lulus. Untuk memberikan kesenpatan kepada mereka yang lebih muda untuk dididik.


Tentu kita berharap pada hasil pendidikan ini, kita akan mendapatkan kemajuan yang lebih cepat dalam menguasai menguasai ilmu dan teknologi. Memang bermunculan demikian banyaknya muncul para tehnolog yang berjiwa kritis, mereka berhasil mendongkel Presiden Soeharto karena Sang Presiden dituduh mempraktekkan kediktatoran. Dari sekian banyak tokoh tokoh muda itu maka ITB termasuk memberikan andil yang sangat besar. Tetapi mengherankan Din Syamsuddin diusulkan untuk di makzulkan dari jabatan Non Pemeritahnya, karena Din Syamsuddin dianggap memberikan pandangan kritis kepada Presiden Jokowi.

Din Syamsuddin dipersalahkan oleh sejumlah Alumni ITB karena sering memberikan kritik kepada Presiden Jokowi. Yang memang Jokowi semakin lama semakin menampakkan kediktatorannya, dan rupanya para alumni ini justeru merasa nyaman di bawah kediktatoran yang cukup mengerikan, Tetapi heran mengapa para alumni ini lebih merasa nyaman menanggalkan jiwa akademisnya. Nampaknya mereka berharap akan munculnya kembali sikap Sabdo Pandito Ratu.

Jika seandainya seperti dahulu Raja Raja Jawa yang menggunakan sisten diktator, tetapi kita biarkan jika hukum dan keadilan ditegakkan. Tetapi pada saat ini rakyat jadi susah, ekonomi tidak berkembang, kebebsan tidak ada, tokoh tokoh masyarakat dan agama di kriminalisasi. Para pembantu Presiden juga termasuk pihak yang pantas dikritik. Padahal sesungguhnya Presiden lebih pantas untuk di kritik. Tetapi memang Iya kritik itu hanya bisa dikeluarkan oleh mereka yang tidak dungu. Mereka dikatakan dungu bila gagal memahami hubungan antar premis premis untuk memahami sebuah konklusi, kata gerung. Alumni ITB mengherankan. Seorang -enganut agama Islam selalu diingatkan untuk adil, termasuk dalam menyusun barisan ketika akan sholat berjama'ah, kitapun harus bergitu.

Wallohu a'lam bishowab.  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar