Salah satu yang harus menjadi fokus untuk diajak membantu mempublikasikan Falsafah Piil Pesenggiri adalah Seniman sastrawan daerah Lampung, mereka memiliki alat, kata kata/ ucapan, tulisan, yang memenuhi kaidah kaidah keindahan, dan sejatinya akan lebih mudah diterima oleh masyarakat dari segala lapisan dan status dan bukan hanya penduduk setempay tetapi juga pendatang. Bahkan orang asing sekalipun.
Sungguh bahasa seni itu adalah bahasa yang universal, yang memiliki kemampuan menembus batas dan segala pagar halang rintangan dalam bentuk perbedaan,.dan apapun namanya. Dan bahasa seni merupakan bahasa yang paling gampang dianggap layak digunakan dalam terlalu banyak situasi yang tidak direpotkan oleh berbagai persaratan.
Sebagaimana dialami sebuah upaya penulisan konsep Buku Kamus Bahasa Lampung Belanda, segala konsepnya telah tertulis dan dinyatakan siap cetak tetapi terpaksa tertunda karena tium belum mampu menangkap garis merah falsafah yang dianut masyarakat setempat, ada sesuatu yang masih kontroiversi antara yang satu dengan yang lain, dan dalam waktu bersamaan karya sastrapun menjadi seolah hilang ditelan bumi. Andaikan saja karya sastra itu bisa ditemukan, maka para pakar bahasa itu akan dengan mudah menelusuri benabf nerah falsafah yang sangat samar itu.
Nampaknya ditinaju dari sisi tertentu sesungguhnya seni sastra itu "Bersauadara Kembar" (dalam tanda kutip) apalagi kesenian dalam dunia filsafat adalah cabang Filsafat yang terlalu banyak peminatnya, yaitu Filsafat seni. Itulah sebabbnya Pwemerintah seyogyanya berkenan menyiapkan dana untuk membiayai Pelatiuhan bagi para seniman/ sastrawan dalam upaya menjadikan Piil Pesenggiri sebagai Arusutama Pencipataan Karyaseninya. Falsafah Piil Pesenggiri adalah salah satu peninggalanbuadayatakbenda yang diakui oleh WHO, dari yang masih sedikit itu.
Bagaimana pendapat anda .... ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar