Jumat, 17 Juli 2020

KIRIMAN DARI FRANSISKUS RAYMON

FRANSISKUS ROYMON sebagai sahabat baru saya yang saya kenal baru dalam hitungan hari, saya bilang kepada beliau melalui Grup WA yang kami buat, saya bilang Jumpa Raymon perasaan saya kok teringat dengan Dr. Anhar Gonggong, jangan kangan  tokoh yang satu ini sudah profesor karena hari harinya diisio dengan menulis, pada suatu waktu Anhar Gonggong datang ke Lampung ada urusan Dinas, kedatangan saya manfaatkan untuk menanti ceritera beliau yang selalu berisi, setiap kali jumpa saya selalu meminta sesuatu yang baru, baru saya meninggalkan ruangan, itu bila saya mampir ke ruang kerjanya di Jakarta. Bila datang ke Lampung pun saya memberikan waktu seluas luasnya agar beliau bicara bebas, bicara apa saja. Raymon memberikan info bahwa Anhar punya Chanel yutub yang aktif. Dan saya gembira sekali dengan info itu.

Satu ceritera sedih yang saya ikut prihatin. Beliau mengatakan  bahwa ada dua buku yang sudah beliau tulis, siap cetak, masing masing sekitar tiuga ratusan halaman, tetapi beliau bingung siapa yang akan mencetak buku itu, konten buku itu tentang perjuangan tokoh tokoh daerah, di kampung halaman beliau,  tetapi percetakan mana yang berani  mencetak dan menerbitkan tulisan saya itu kata beliau sedih, sekitar buluhan detik saya harus menunggu kalimat berikutnya, tetapi Anhar Gonggong  justeru menghela nafasnya . Sayapun semakin tak sabar menunggu. ..., gagasan dalam buku jika disalah artikan bisa dianggap berbeda dengan kecendrungan politik Presaiden Soeharto.  Sayapun tercenung, Sempat saya melirik  pandangan mata Pak Anhar seperti memandang dikejauhan. Saya biarkan beliau bergelut dengan pikirannya. 


Raymon memsang tak tahu, apa obrolan kami yang paling berkesan dengan Anhar Gonggong. itu tak mengapa, karena apa topik pembicaraan Anhar Gonggong di Youtub itu, tyidak kalah menariknya, yaitu perbedaan sikap anatara masyarakat dan Pemerintah di Eropa Barat dan di Eropa Timur, dahulu terkay dengan virus yang pernah melanda Eropa. Ingin rasanya menulis sesuatu  terkait konten kiriman itu. Saya ingin membuicarakan prilku jama'ah di Masjid kami. Masjid Aljihad Perum Korpri Bandar Lampung.

Ada kelompok jama'ah yang merasa tertekan dengan pristiwa  szehingga memilih sholat di rumah, sebaliknya ada jama'ah yang tetap sholat di masjid, tetapi mematuhi protokol kesehatan. Terlebih pada saat dinyatakan Bandar Lampung dinyatakan zona merah, karena ada penduduk yang tertular virus dari seseorang yang memang sehati harinya tak pernah keluar daerah. Pada saat itu juga dinyatakan Bakauheni tertutup bagi arus kendaraan dari pulai Jawa, dan berbagai pintu masuk dinyatakn tertyutup.

Ada suatu hal yang menarik untuk disimak, setelah pintu masuk yang semula tertutup sekarang terbuka, karena akan menjadi ancaman bagi perkembangan ekonomi,  Pintu tertutup segera di buka, tiba tiba para jama'ah bak serentak melepas  marker. Dan mempertunjukkan ketiadaan rasa kekhawatiran kepada terjangkitnya virus ini. Secara khusus saya memberiukan waktu untuk mempoerhatikan prilaku para jama'ah yang datang. Jama'ah tamu di banding jama'ah tuan rumah, maka jama'ah tamu lebih patuh kepada aturan. Saya juga pernah  diopanggil oleh pengurus ketika sholat dasjid lain, saya diberi masker karena mereka tidak melihat ada masker saya pegang.

Maaf saya bilang, saya membawa sal, saya keluarkan dari tas karena saya wudluk tadi, saya keluarkan sal itu dan saya lilitkan untuk menutup mulit dan hidung saya.  Yang dibutuhkan sekarang bukan adu keras kepala diantara dua sikap yang masih berbeda. Tetapi yang dibutuhkan cara cerdas mencapai kemajuan. Perlu kita pelajari bagaimana terjadinya dikotomi Barat dan Timur Eropa dalam merespon virus pada saat itu, ada kemajuan di Barat dan ada kegagalan di Timur.

Maka seyogyanya ada kreativitas memanfaatkan keverdasan dalam menyusun new normal bagi Masjid, yang akan bermanfaat bagi mereka yang pada saat ini penuh kehati hatian,  dan juga bagi mereka yang sekarang sedang unjuk keberanian. Tak guna tepuk dada, tak guna malu malu, yangpaling untuk generasi mendatang adalah kreativitas, maka galilah kreativitas itu dalam menyusun new normal bagi Masjid, agam menguntungkan bagi masa depan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar