Minggu, 19 Juli 2020

YULISAN SAYA DITUJUKAN KEPADA ROSIHAN ANWAR

SAYA DIBEKALI OLEH M. GHOZIE BADRIE DALAM MENULIS SESUATU YANG PELIK.

KALAU SAJA EMIL TAK BERTANYA, dia mahasiswi UIN peserta Kemah Budaya dari Kelompok Lampung yang  direbut oleh Grup Lampung Utara itu, maka mungkin tidaklah saya sesemangat ini mengungkap bagaimana Bapak Rosihan Anwar yang sangat saya hormati itu berperan besar mendorong saya untuk menulis tentang Piil Pesenggiri. Beliau bilang kepada saya Jangan cuma Ngomong, tulis tentang Piil Pesenggiri kirim ke saya Satu dan Kirim kepada Menteri satu, maksudnya Mendikbud (Kemendikbud). Lalu memang saya menulis, anggap saja yulisan itu akan saya kirim ke beliau dan tembusan ke Menteri. Tulisan saya tentang Falsafah Piil Pesenggiri mungkin sudah berbilang, tapi satupun tak ada saya kirim ke beliau, dan sayapun tak tahu siapa yang membacanya.

Maka sesungguhnya sejatinya saya menulis Piil Pesenggiri utamanya adalah ditujukan kepada orang lain luar Lampung, yang tak paham sejarah Lampung, budaya Lampung, semisal Rosihan Anwar. Untuyk mengenal Lampung maka slah satu jalur yang sangat penting adalah mengenali falsafahnya.,




Dalam hal ini saya mengikuti apa saran dari seorang Dosen saya yang bernama M. Ghozie Badrie, dia bilang bahwa Prof. Rasyidi itu jika kehilangan jejak tentang sesuatu umpama latar belakang sejarahnya, maka yang dibahas itu adalah dasar katanya. etimilogis, tetapi sejarah. periodeisasi memang akan memudahkan orang memahami pesan yang akan disampaikan. Sambil mengawasi beberapa orang yang sedang mengkopi motiof motif Seorang senior saya yang bernama Anshori Djausal cerita bahwa Iya dikejutkan ketika mendapat kiriman gambar motif kain tapis dari Amerika, maka beliau sedang berusaha mengkopy matif kain tapis sesuai dengan ukuran aslinya. Tiga orang mahasiuswa  yang membantu beliau memindahkan kopy motif tapis.  Pembicaraan meluas, bahwa peninggalam Sejarah, Budaya dan Kesenian Lampung, itu menyimpan misteri, maka kita kita harus bersedia menterjemahkan itu semua, karena untuk memahaminya membutuhkan waktu dan proses,  Obrolan di Museum Lampung ini meluas ke mana mana, tentang kebudayaan Lampung. 

Saya selalu teringat dengan ucapan Bapak Haryadi, saya sempat berpasangan dalam menulis Piil Pesenggiri, beliau mengatakan  kita harus memahami filsafat,  bagi mahasiswa Fakultas Hukum tidak akan faham hukum sebelum lulus mata kuliah Filsafat Hukum, kata sahabatku yang bergelar Sarjana Hukum (SH) ini. Nama nama tersebut di atas mendorong, mengilhami saya dalam menulis tentang Piil Pesenggiri. Tetapi dantara nya maka yang banyak  bicara panjang lebar tentang Piil Pesenggiri kepada saya adalah Kanda Ansori Djausal Tapi Kanda Uansori Djausal seperti kehilangan keliuncahan, ketika bicara Piil Pesenggiri sekaliugus Adat Istiadat Lampung.

Ansori Djausal seperti lebih bicara kedalam, sementara saya dalam menulis  tentang Piil Pesenggiri, selalu disemangati seolah saya  tentang Piil Pesenggiri ditujukan kepada Rosihan Anwar, Saya bicara tentang Piil Pesenggiri kepada orang orang  yang saya anggap harus memahami Falsafah Piil Pesenggiri tetapi saya tidak memiliki kemampuan memperkenalkan Adat dan Kebudayaan Lampung secara bersamaan dengan memperkenalkan Falsafah Piil Pesenggiri. Tak akan banyak artinya saya tampa bantuan pihak lain. Itu yang pernah saya sampaikan kepada Ansori Djausal, yang pada saat itu  beliau tersenyum,

Saya tak tahu, apa arti senyumnya itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar