Selasa, 28 Juli 2020

SEMASNGAT BAPAK MUH. MBRU

BAPAK MUHAMMAD MBRU, adalah Kakanwil yang berikutnya ketika Kami dari Bidang Kebudayaan seang berusaha keras untuk mensosialisaikan Falsafah Piil Pesenggiri, walaupun mulanya hanya sebatas memberikan motivasi Kepada Penilik Kebudayaan agar tetap merasa sebagai Bagian yang tidak terpisahkan dari Komunitas Pendukung Budaya Lampung. Jika Kakanwil sebelumnya terkesan datar saja ketika membicarakan masalah Kebudayaan derah Lampung, Maka Kakanwil Bapak Muh. Mbru terkesan bersemangat dan meletup letup. Untuk kegiatan tambahan seperti sosialisasi serta pembinaan bagi para anggota Korpri umpamanya, maka tonjolkanlah kekayaan Budaya Lampung, kata beliau bersemangat, dan ini juga merupakan peluang dan penyemangat bagi saya  yang terlanjur dipercaya merumuskan pendekatan Falsafah Piil Pesenggiri sehingga memungkinkan bisa diterima oleh semua pihak.

Sayapun menjadi semakin leluasa untuk bisa meperkenalkan apa itu Falsafah Piil Pesenggiri dengan menggunakan pemikiran falsafah daerah dengan dukungan sosiologis, dan psikologis. Dengan Rumusan Sukses dan Harga diri yang berisikan : (1) produktip, (2). kompetitip,  (3) koperatip dan (4) inopatip. Sebagai makna serta operasional dari Piil Pesenggiri, Nemui Nyimah, Nengah Nyappur, Sakai sambaian dan Juluk Adek.


Pak Mbru yang saya kenal, orangnya bersemangat, jujur dan sederhana. Pada suatu Waktu seusai satu acara Diselenggarakan oleh Museum Lampung, beliau dimintai menyampaikan sambutan dalam acara yang diselenggarakan oelh Museum Lampung, Tiba tiba audien ada yang menanyakan sesuatu kepada beliau. Seusai acara itu beliau memanggiul saya, katanya, "Coba datangi kantor Bapak yang bertanya Tadi Jelaskan semua oleh kamu apa yang kamu tahu, Nanti laporkan kepada saya apa hasilnya.  Beliau mengatakan tidak tepat waktunya un tuk menjawab pertanyaan itu langsung, karena tiudak sejalan dengan acara yang diselenggarakan.

Saya tidak datanh ke kantornya, tetapi saya mendapatkan kesempatan untuk mewakili sebagai utusaan dalam acara yang diselenggarakan oleh Universitas Lampung, dalam kesempatan itu saya menjelaskan secara lebih gamblang, selain acara itu dihadiri oleh para pejabat dan juga budayawan. Saya sampaikan latar belakang mengapa Kanwil Depdikbud pada saat itu mengambil jalan pintas, yaitu menggunakan pendekatan filosofis, dengan dukungan sosilogis serta psikologis, menghindari Adat Istiadat serta pendekatan antropologis, kecuali dalam ukuran terbatas.

Ketika itu, para pimpinan sudah banyak berubah berganti personil. Yang saya ingat Rektornya baru, dan saya baru pertama kali jumpa, tetapi sambutannya sangat mengesankan karena kata beliau, pertemuan kita kali ini adalah panggungnya Orang Pringsewu. Beliau memperkenalkan diri dan dikatakan sebagai Putra Kelahirad Daerah Pringsewu, Dan nanti akan ada pembicara lain yaitu Farida Ariani juga dari Pringsewu, dan ada Pembicara yaitu Bapak Fachruddin, beliau juga kelahiran Pringsewu, tepatnya Pagelaran.  Saya terhenya, karena ternyata kami pembicara telah dicatat identitasnya.  Hehe cumah kenangan aja koq.

Kenangan yang indah memang lebih menyenangkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar